Suporter adalah roh yang paling utama dalam sepak bola! Tak ada suporter, sepak bola bagaikan sayur tanpa garam alias hambar! Dan sebagai cewek yang suka dengan olahraga ini, merupakan hal yang tak mudah. Seperti yang aku ceritakan di awal, terkadang anak cewek itu lebih banyak ditentang daripada didukungnya oleh orang-orang. Utamanya orang tua! Salah sendiri, kesukaanku pada sepak bola juga tak tumbuh begitu saja. Tapi ada yang mengenalkannya. Siapa lagi kalau bukan orang di rumah, alias Papa dan Kakaku, Kak Rangga.
Dulu sewaktu aku masih SD, aku sering sekali diajak nonton ke Stadion oleh Papa dan Kak Rangga. Bahkan bisa di bilang merekalah orang pertama yang mengenalkanku akan indahnya berseru, beryel-yel dan berteriak tanpa lelah saat mendukung tim kebanggan kami. Merekalah orang pertama yang mengenalkan aku, bahwa sepak bola itu indah! Sepak bola itu bahasa hati! Sepak bola itu lebih dari sekadar kebanggaan. Bagi warga Bandung, tim ini adalah jati diri. Benar, aku setuju!
Pernah suatu ketika, Papa dan Kak Rangga sedang sibuk, ingin sekali rasanya aku nonton ke Stadion. Aku tak bisa mengajak Arfandi, karena saat itu dia sedang berada di kota Surabaya. Saat itu lawan yang akan dihadapi oleh BIF Club adalah tim Purajaya United. Tim yang juga merupakan salah satu jagoanku setelah BIF Club dalam urusan perebutan juara.
Sampai akhirnya, timbul lah pikiran usil dalam otakku. Mau tahu apa?
Ini adalah pengalaman pertamaku saat menonton satu pertandingan sepak bola langsung di Stadion. Dan itu sendirian.. Sendirian... Sendirian... (Bacanya pake nada Squidward di film Spongebob Squarepants ya, he he he:) Pengalaman ini bermula karena suatu keinginan yang sempat terpendam.
Jadi ceritanya, BIF Club akan melawan tim Purajaya United. Dulu BIF Club masih menggunakan Stadion Siliwangi sebagai home base! Lokasi yang cukup dekat dengan rumah. Sewaktu aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), dengan niat dan tekad, aku mencoba mengumpulkan recehan demi recehan uang bekal demi bisa membeli tiket pertandingan tersebut. Kalau tidak salah dulu harganya masih sekitar dua puluh sampai tiga puluh ribuan. Namun sayang, keinginanku harus pupus saat uang tersebut harus aku pakai untuk keperluan sekolah. Jadi aku gagal saat itu!
Dan asa itu tak kunjung bisa terpenuhi, karena BIF Club juga mulai memakai Stadion Si Jalak Harupat sebagai Home Base! Jarak yang tentunya sangat jauh dari rumah. Lalu di tahun 2013, laga BIF Club vs Purajaya United yang awalnya akan di gelar di Stadion Si Jalak Harupat Kabupaten Bandung harus di pindah ke Stadion Siliwangi. Karena izin keamanan tidak turun kala itu. Keputusan itu tentu saja disambut baik oleh para Suporter BIF Club yang menganggap kepindahan venue tersebut adalah sebuah keuntungan. Karena jarak yang tentunya lebih dekat. Meskipun kapasitas penonton yang sedikit tak mendukung karena keterbatasan ruang tribun.
Tak ayal, hal itu pun disambut baik olehku yang memang sangat antusias menunggu momen itu tiba. Orang yang sangat ingin menonton pertandingan BIF Club vs Purajaya United. Kalau kalian bertanya kenapa harus ini, jawabannya adalah selain Suporter BIF Club, aku juga sangat mengakui kehebatan tim The Real Golden dari lubuk hati terdalam. Apalagi, aku juga termaksud orang yang mengidolakan sosok Emanuel Pablo. Salah satu legenda sepak bola di negeri ini.
Sampai hari itupun tiba! Hari di mana untuk pertama kalinya dalam sejarah, aku berani nonton ke Stadion langsung sendirian. Biasanya selalu ditemani Papa atau Kak Rangga. Berbekal uang lima puluh ribu rupiah, -sudah termaksud uang ongkos di dalamnya- seorang cewek bernama Sejati Arumi dengan rasa percaya diri yang tinggi datang ke Stadion itu SENDIRIAN!