SEJATI

Nurarum Rusmayanti
Chapter #7

Tugas

Hari ini, aku sudah ada janji dengan Arfandi akan menyelesaikan tugas bahasa sunda. Tugasnya mencari nama jalan yang dilengkapi dengan aksara sunda. Lalu mencari tahu mengenai sejarah atau asal usul nama jalan itu. Aku sudah menunggu Arfandi bersama dengan Rico yang juga menguntitku. Ya, karena berhubung dia mendadak masuk secara ‘ghoib’ di kelompok aku dan Arfandi.

Kami datang duluan di tempat yang telah di sepakati. Yaitu di Warung Kopi Limarasa di sekitaran jalan Braga. Tempat favorit aku dan Arfandi jika sedang ingin santai sekalian menemani Arfandi kalau dia sedang ada job pemotretan. Ya, Arfandi memang suka dunia photography, membuatnya juga mengambil kerja sambilan menjadi seorang fotographer pre-wedding di sebuah studio foto.

Aku dan Rico menunggu kedatangan Arfandi di lantai dua Cafe tepat di bagian tempat duduk sofa yang mengarah langsung dengan jendela yang bisa melihat keramaian jalan Braga. Aku dan Rico duduk saling bersebrangan, di tengahi oleh satu buah meja yang agak panjang! Sambil menikmati segelas lemon tea dan cemilan kentang goreng.

“Lo sering ke sini?” tanya Rico padaku. Pandangannya tak bisa lepas dari memandangi jalanan Braga yang dia lihat dari balik jendela. Aku mengangguk, sambil sibuk dengan beberapa jurnal tugas yang akan kami kerjakan. “Gila, suasana di sini unik banget! Kaya suasana di Eropa,” ucap Rico lagi, takjub.

“Gak pernah ke sini emangnya?” kali ini aku bertanya balik pada Rico.

“Lo orang pertama yang ngajakin gue ke sini!” ucapnya masih dengan tatapan tak beralih memperhatikan orang-orang dari luar sana. “Eh, kapan-kapan, lo ajakin gue ke tempat-tempat kaya gini lagi ya? Gue yakin, di sini surganya tempat-tempat unik.”

“Emang!” ucapku singkat. Aku melihat arloji yang menempel di lengan kiriku. Sudah setengah jam berlalu, Arfandi belum juga datang. Ke mana dia? Begitu pikirku. Aku kemudian sibuk mencari nomor Arfandi untuk mengetahui keberadaan dia di mana sekarang.

Ban motor aku kempes!” ucap Arfandi yang langsung menjawab sebelum aku bertanya padanya dari ujung telepon sana. “Kamu bisa nyari nama jalan itu dulu berdua sama Rico? Biar gak terlalu lama juga nunggu aku!” ucap Arfandi lagi.

“Gak perlu! Aku udah lihat papan jalan yang ada aksara sundanya tadi. Aku cari sejarah nama jalannya aja dulu. Pas kamu datang, kita langsung motret. Oke?” kataku membalas ucapannya tadi.

Baiklah! Sorry ya.”

Panggilan itu berakhir. Sekarang yang harus aku dan Rico kerjakan adalah mencari tahu sejarah singkat mengenai salah satu nama jalan yang aku temukan tadi. Yaitu ‘Jalan Braga’.

Jalan Braga adalah salah satu tempat yang cukup terkenal dan populer! Terutama karena di sini menjadi daerah konservasi budaya yang unik. Bangunan di sepanjang jalan ini juga kebanyakan adalah bangunan klasik. Dan seperti yang Rico katakan tadi, suasana di sini mirip dengan suasana di lingkungan Eropa. Oh iya tempat ini juga merupakan surganya berbelanja bagi para turis lokal maupun internasional!

“Sejati, lo suka makanan apa?” ucap Rico tiba-tiba di tengah-tengah kami saat sedang mengerjakan tugas. Pandangannya langsung beralih, mengarah kepadaku yang masih saja fokus dengan ketikan di depan layar notebook.

Ice cream!” ucapku singkat tanpa menengok ke arah dia sedikitpun.

“Kalau gue suka coklat,” ucap Rico antusias.

Gak nanya, elah! Cibirku dalam hati.

“Eh, ice cream kalau dipadukan sama coklat, cocok loh!” ucap Rico lagi lebih antusias.

“Terus?” kata-kata itu berhasil membuat bibir kananku agak terangkat menahan senyum. Karena untuk ukuran seorang cowok, Rico termaksud cowok yang cerewet dan tak mau diam. Berbeda denganku yang agak serius. Apalagi kalau sudah di hadapkan dengan yang namanya tugas sekolah. Sesuatu yang harus dikerjakan secara serius dan tak boleh main-main. Melihat Rico yang hanya bisa terus berbicara tanpa membantuku menerjemahkan catatan sejarah dari bahasa Indonesia ke bahasa sunda, aku maklumi saja. Karena dia kan memang belum begitu fasih.

Lihat selengkapnya