Di sebuah kafe bernuansa rustic, dengan kayu pallet sebagai meja kursinya, juga bunga-bunga artifisial sebagai hiasan untuk mempermanis suasana kafe, tampak seorang wanita berusia dua puluhan, menunggu dengan gelisah. Nadya, pagi tadi ditelpon oleh bu Nirmala, ibunda Raka, kekasihnya. Bu Nirmala ingin mengajaknya bertemu. Sembilan tahun bersama Raka, tidak pernah sekalipun ia mendapat telpon dari Nirmala dan mengajaknya bertemu.
"Terimakasih suda bersedia meluangkan waktu untuk menemui saya, Nadya." Nadya tersenyum dan mengangguk.
"Sudah berapa lama kamu mengenal Raka?" Wanita paruh baya itu menatap lamat-lamat wanita muda di depannya.
"Sudah sembilan tahun tante." Gadis itu menunduk. Ia tidak punya nyali memandang ibu dari lelaki yang amat dicintainya. Wanita paruh baya itu menghela napas.
"Nadya, kamu tahu, sebesar apa Raka mencintai kamu?"
"Saya tau. Karena cinta saya untuk mas Raka juga sama besarnya." Sekali lagi Bu Nirmala menghela napas panjang.
"Nadya, seumur hidup, saya belum pernah memohon dan menghiba pada orang lain. Kali ini, untuk pertama kali nya saya ingin memohon pada kamu." Gadis itu meremas ujung kemejanya. Matanya berkaca-kaca.
"Tinggalkan Raka. Demi kebaikan kalian berdua. Demi masa depan Raka. Raka pantas bersanding dengan putri Pangdam. Karirnya akan cemerlang di kesatuan."
"Maaf, saya nggak bisa tante. Saya mencintai mas Raka, begitupun sebaliknya. Tidak, sampai mas Raka sendiri yang meminta saya pergi. Saya permisi." Gadis itu beranjak. Ia berurai air mata.
****
Nadya Zahra seorang perawat yang sehari-hari bekerja di puskesmas, sama sekali tidak punya nilai di mata ibunda Raka. Bu Nirmala lebih memilih menjodohkan anaknya dengan anak Pangdam Brawijaya yang tak lain adalah atasan dari suaminya. Ia menganggap, dengan menikahi anak pangdam, karir Raka di kesatuan akan melesat lebih cepat.
Raka Dirgantara adalah seorang perwira muda dari kesatuan TNI AD berpangkat Kapten, putra dari Mayor jendral Harun Dirgantara, Komandan Korem 082/Cpyj. Raka saat ini bertugas di Yonif 511/DBY berlaku sebagai komandan kompi A.
Raka sama sekali tidak tahu menahu perihal rencana perjodohan yang di buat oleh ayah dan ibunya. Ia masih berada di Blitar saat sang ibu merencanakannya. Begitu ia pulang ke rumah dinas sang ayah, ia langsung di pertemukan dengan anak pangdam itu.
"Mama tau kan, aku udah punya Nadya, aku cinta sama Nadya. Kenapa mama jodohin aku sama anaknya pangdam?" Ucapnya kesal. Ia begitu kecewa dengan keputusan mama papanya yang seenaknya saja menjodohkannya dengan anak atasannya.
"Ini yang terbaik untuk kamu nak, karir kamu akan melesat setelah menikah dengan Intan. Lagipula Intan cantik, pinter dokter pula. Apa yang kurang darinya?"
"Aku udah punya Nadya ma. Aku nggak mau yang lain lagi."
"Nadya nggak pantas untuk kamu, Ka, kamu lebih pantas kalau bersanding dengan Intan. Nadya Cuma perawat puskesmas. Dia nggak selevel dengan kita." Sahut sang mama.