SEJUTA KISAH

BulanBintang
Chapter #2

2. Kehidupan yang Terus Berputar

Ketika kalian sudah akan beranjak dewasa semua masalah selalu datang. Kehidupan akan terus berputar tanpa henti, kita sebagai manusia hanya bisa mengikuti kemana arusnya berjalan. Badai masalah, rintik berduri akan terus saja datang. Kalian yang sekarang sedang memanjat namun nyatanya sulit untuk mencapai puncak tertinggi. Bahkan untuk setengah perjalanan saja sangat sulit, rupanya peralatan yang kalian gunakan terbilang murah dan sederhana. Lalu apa yang terjadi? Kalian akan terjatuh kembali dan mengulanginya terus menerus dari awal. Tetapi jika kalian menggunakannya dengan harga mahal dan berkualitas, aku sangat yakin kalian akan sampai di puncak tertinggi dengan sangat cepat.

Semua pasti pernah merasakan apa yang dilakukan oleh kehidupan. Kita seperti dipermainkan yang hanya akan menang dalam sekali ataupun dua kali.

Tidak akan ada bahagia yang bersifat permanen, semua hanya sementara. Bahkan jika diperhitungkan antara bahagia dan sedih, sudah tentu sedihlah yang menang seperti inilah kehidupannya. Seorang remaja yang sebentar lagi akan berusia 17 tahun, kalian bisa memanggilnya Ginanti.

Seperti matahari terbit kedatangannya sangatlah ceria. Dia adalah anak yang diimpikan banyak orang tua, seperti itulah yang teman-temannya bilang. Namun dibalik keceriaan, ada sebuah luka yang ternyata dia sembunyikan.

Crank!!

Crank!!

Sebuah piring dilempar tepat dihadapannya, entah sudah berapa kali peperangan itu terjadi. Bahkan sudah banyak barang-barang dirumahnya hancur. Di pagi yang ceria ini dia harus menyaksikan sebuah salah satu kehidupan yang gelap. Jika dibilang lelah, dia tentu saja lelah. Namun bagaimana lagi jika ini yang diberikan oleh kehidupan. Tugasnya sebagai seorang anak hanya merubahnya, entah kapan itu, tapi Ginanti yakin dia bisa. Mungkin cara awalnya adalah belajar.

"Ibu, Ayah... stop! Ini masih pagi." Ucapnya yang sudah terlalu muak untuk ikut campur dengan pertengkaran kedua orang tuanya itu.

"Diam, lebih baik kamu sekolah. Kamu anak tidak mengerti apa-apa!"

Itulah yang diucapkan oleh orang tuanya. Ginanti memanglah seorang anak, namun dia sudah remaja hanya beberapa tahun lagi dia menjadi wanita dewasa. Dia mengerti semua, bahkan sejak kecil dia paham apa yang terjadi terhadap keluarganya. Sebuah ekonomi yang buruk itulah faktor utama yang menjadi penyebab.

Berlatar pendidikan yang kurang membuat kedua orang tuanya sulit untuk bekerja yang bisa dibilang memuaskan. Tapi bagi keluarga mereka tidak perlu sebuah pekerjaan yang luar biasa, hanya dengan kata cukup itu sudah bagus.

Suara bising membuat Ginanti ingin berteriak berhenti, namun dia takut jika menjadi anak durhaka. Namun dirinya sangat tidak tahan dengan pertengkaran kedua orangtuanya, jika hanya dia sendiri yang mendengar hal itu tidak apa-apa. Namun bagaimana dengan adiknya?

Lihat selengkapnya