SEJUTA KISAH

BulanBintang
Chapter #3

3. Semua Salah!

Menatap kosong dari atas siswa siswi yang sedang berlalu lalang di lapang. Berada di lantai 3 membuatnya malas untuk turun ke kantin, terlebih lagi dia masih memikirkan kejadian di rumahnya tadi walaupun sudah beberapa jam berlalu. Bahkan ketika belajar tadi dia tidak memperhatikan apa yang diterangkan oleh gurunya. Wajahnya yang lesu dan malas hari ini sangat terlihat jelas. Untung saja dia dibebaskan dari hukuman tadi oleh sang guru, mungkin gurunya mengerti apa yang sedang terjadi oleh Ginanti. Namun ada saja ucapan orang lain yang mengatakan kalau Ginanti tidak dihukum karena dia pandai menjilat.

"Kamu tidak jajan?" Ucap salah satu temannya.

Ginanti bukan tidak punya uang untuk jajan, uangnya cukup untuk membeli jajanan walau pada nyatanya uang yang dia miliki tidak banyak seperti anak sekolah pada umumnya, namun keadaannya saat ini membuatnya malas untuk melangkah.

"Aku malas," ucap Ginanti dengan nada lesunya.

"Pantas saja kamu diam, biasanya berisik!!" Jawabnya.

Perkataan temannya membuat Ginanti terdiam, apa kondisinya sangat terlihat bagi orang-orang? Ginanti tidak mengizinkan orang lain melihat sisi sedihnya, itulah yang selalu Ginanti terapkan sejak dulu.

"Ya udah ayo kita turun!" Celetuk Ginanti dengan merangkul temannya yang bernama Nona itu.

Senyuman Ginanti kembali terlihat, hanya dalam hitungan menit bahkan detik Ginanti bisa tersenyum seperti itu. 

Ginanti turun bukan hanya bersama dengan Nona, melainkan temannya yang lain. Jika dilihat Ginanti adalah anak yang mudah akrab. Dia adalah anak yang pandai bergaul, tetapi Ginanti bukan anak yang ingin dikenal banyak orang karena bagi dirinya jika ada banyak orang yang mengenalnya pasti ada juga orang yang berbicara buruk tentang Ginanti. Walau pada kenyataannya Ginanti adalah anak yang acuh terhadap ucapan orang lain.

Tidak lama kemudian setelah melangkahkan kakinya dari lantai 3 dengan melewati satu persatu anak tangga. Ginanti dan ke empat temannya sampai di kantin. 

Suara ricuh para siswa dan siswi untuk berebut membeli makanan membuat Ginanti menggelengkan kepalanya. Terlebih lagi dia berada di sekolah yang mayoritasnya kebanyakan para laki-laki. 

Bahkan tubuh kecil Ginanti harus beradu antri dengan banyaknya orang. Dia memang sangat suka keramaian namun bukan yang seperti ini, dan hal inilah yang membuat Ginanti malas untuk pergi. Seperti semut yang berebut ingin mengambil makanan, ya itulah keadaan saat ini. Tidak ada yang mau mengalah semua mementingkan kondisi perut mereka, sama seperti Ginanti dan teman-temannya mereka juga harus berjuang. Walau makanan yang Ginanti beli bukanlah makanan istimewa, melainkan hanya sebuah nasi uduk yang harganya terbilang murah dan air putih.

Ketika selesai membeli makanan, Ginanti dan ke empat temannya hendak kembali namun salah satu guru memanggilnya.

"Ginanti."

"Ya Pak, ada apa?" Ucap Ginanti 

"Kita besok ada acara, kamu jadi pembawa acara ya besok!!" 

"Ha? Besok Pak?" Celetuk Ginanti dengan wajah terkejutnya. Dia memang sudah sering menjadi bagian penting dalam setiap acaranya, Ginanti pun senang karena menurut Ginanti itu adalah hal baik. Terlebih lagi dia selalu menerapkan dalam hidup harus banyak menolong orang lain, karena jika dirinya melakukan banyak kebaikan maka kebaikan akan kembali lagi kepadanya. Namun hari ini ketemu besok itu terlalu cepat, masih ada waktu yang harus Ginanti persiapkan.

"Kenapa Gin, maaf Bapak memberitahu kamu mendadak soalnya dari kemarin Bapak sibuk ngurusin hal lain. Dan lagi pula kamu sudah sering mengisi acara, jadi Bapak yakin kamu selalu pasti bisa!"

Seperti biasa dalam kehidupan Ginanti, banyak orang yang menaruh kepercayaan kepadanya, dia senang. "Baik Pak, besok saya siap." Jawab Ginanti dengan tersenyum.

Lihat selengkapnya