Peringatan!!
Jangan meniru hal buruk yang terjadi dalam cerita ini!!
Tertidur di atas pangkuan seorang pria tua membuatku tampak nyaman. Namun, aku tidak mengetahui bagaimana wajah pria tua itu. Cahaya putih menyinari seluruh tubuhnya, sedangkan aku yang tersenyum mendengar suaranya.
"Jangan sedih, kamu anak kuat," ucapnya sambil mengelus rambutku dengan lembut.
Sontak aku terkejut, aku pun terbangun dari pangkuannya. Jantungku berdetak kencang, setelah sekian lama aku memendam rindu. Hanya dengan mendengar suaranya aku mengenali siapa pria tua itu.
"Kek, kenapa harus aku? Kakek bilang kalau Ibu akan menjagaku dengan baik," ucapku dengan air mata yang menetes menatap Kakek.
"Ibu akan menjagamu dengan baik, dia sangat menyayangimu hanya saja dia menunjukkannya dengan cara yang lain. Sini kakek peluk!" Aku memeluknya dengan sangat erat, bahkan tangisanku pecah saat itu juga.
Berada di sebuah taman indah dan hanya ada kami berdua membuatku merasa sangat tenang.
"Kamu cantik dengan pakaian ini, kakek akan selalu melihatmu nanti." Kakek memuji pakaian gaun putih yang aku pakai, dia bahkan kembali mengelus rambutku.
Sudah lama aku tidak merasakan kasih sayang ini. Hal yang tidak pernah dilakukan Bapak dan Ibu kepadaku. "Kakek mau kemana?" tanyaku ketika Kakek tiba-tiba melepas pelukannya.
Dia diam tidak menjawab pertanyaanku, bahkan satu kata pun tidak keluar dari mulutnya. Perlahan dia berjalan menjauh dariku. Sedangkan aku menatap punggung Kakek yang seakan terus menjauh.
Aku tidak ingin ditinggalkan lagi olehnya. Aku ingin bersamanya, aku ingin bercerita. Tidak peduli berapa usiaku sekarang. Namun, aku ingin menjadi cucu kecilnya.
"Kakek ...." Aku berlari mengejar Kakek yang perlahan menjauh dari pandanganku. Aku menangis tersedu-sedu. Aku tidak ingin ditinggalkan, aku benci. "Kakek tunggu, jangan tinggalkan aku!" teriakku.
Aku berhasil, langkah kakinya berhenti. "Hiks ... hiks ... jangan pergi! Aku mohon, bawa aku!"