SEJUTA KISAH

BulanBintang
Chapter #14

14. Manusia Butuh Pertolongan

Semua orang terkejut mendengar suara teriakan Ginanti, sedangkan wajah Ginanti yang memerah menahan rasa sakit. 

"Kamu kenapa Gin? Baik-baik saja kan?" 

"Aku baik-baik saja Bu, aku pamit pergi dulu ke kamar mandi ya." Ginanti berlari begitu saja sambil menutupi tangannya dengan seragam panjang. 

Dia yakin pasti banyak orang yang bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Ginanti. 

Brak!

Nafasnya tersengal-sengal, dia menutup pintu dengan sangat kencang. Kedua matanya yang berkaca-kaca menggambarkan bagaimana kondisi Ginanti saat ini.

"Arghhh ... kenapa sakit sekali? Untung tidak berdarah lagi. Bu ... kamu lihat tanganku ini sangat sakit, sama seperti hatiku sakit ditinggalkan olehmu. Semalam aku berharap kamu kembali, tetapi ... hiks ... hiks ...."

Ginanti sedih, dia tidak tahu harus melakukan apa. Dirinya tidak ingin melakukan aktivitas apa pun. Dia hanya ingin berbaring menunggu ibunya kembali. Bukan hanya Ginanti yang merasa sedih berpisah dengan sang Ibu. Namun Ibu Ginanti pun juga merasakan hal yang sama.

Berada di sebuah Musholla pada dalam terminal. Matahari telah terbit, sudah waktunya dia membuka kedua matanya. Bersyukur dengan anaknya yang tidak rewel sejak tadi malam. 

"Boby ... terima kasih sudah tidak merepotkan ibu. Kamu anak pintar tidak menangis, maaf ya ibu cuma bisa kasih ini," ucapnya dengan memberikan sebotol air putih.

Karena terlalu stress memikirkan masalah hidup dan tidak ada makanan yang dia isi dalam perutnya. Asi milik Ibu Guriyah hanya keluar sedikit. Alhasil dia harus memberikan Boby air mineral yang dipindahkan ke dalam botol susu bayi. 

"Sudah pagi, apa yang harus aku usahakan lagi," ucapnya dan dia menemukan sebuah ide.

Dengan cepat Guriyah menggendong Boby. Baju Boby dia bawa tidak begitu banyak, dan pagi ini sudah tinggal dua pakaian. Sejak kemarin karena popok yang dia bawa habis, jadi Boby terus-menerus mengganti pakaian.

Semua orang yang hendak berpergian menatap Guriyah yang baru saja keluar dari Musholla. Dia menjadi pusat perhatian apalagi dengan kondisinya yang lesu dan mata yang membengkak serta pakaian yang tampak lusuh. Belum lagi sejak kemarin dia belum mandi. Pagi ini dia hanya membasuh wajahnya saja.

***

Uang yang tersisa sepuluh ribu tidak tahu apa yang akan dia dapatkan. Teriknya matahari membuat Guriyah sejak tadi menelan air liurnya sendiri. Perutnya yang tidak berhenti berbunyi, melihat orang-orang yang asik dan santai makan membuatnya menginginkan itu. Tapi uang yang dia miliki tidak cukup sehingga membuat Guriyah terpaksa mengurungkan niatnya. Bahkan dia bingung bagaimana dirinya akan kembali ke Jakarta nanti.

Kini Guriyah berada di sebuah kota yang berbeda untuk mengunjungi saudara jauhnya. Entah kehadirannya akan diterima atau tidak tapi dia akan mencoba.

Dengan kedua kakinya dia melangkah, sejak tadi Boby tidak berhenti menangis. Dia pasti haus, sedangkan air mineral sudah habis diminum. 

"Bu ... anaknya nangis terus itu!" ucap seseorang yang ditemuinya di jalan. 

"Boby ... kamu diam ya, jangan menangis. Ibu takut disangka pencuri anak nanti," ucap Guriyah menggendong Boby. Semua orang menatap dia dengan curiga.

Lihat selengkapnya