Telah terbenamnya matahari membuat Guriyah tampak bingung tempat mana yang harus dia kunjungi. Sedangkan dirinya sudah berhari-hari tidak mengganti pakaian, dan kondisi pakaiannya sekarang sangat kotor karena ketika di warung tadi dia terjatuh di atas genangan air. Untung saja Boby baik-baik saja tidak terluka sedikit pun.
"Uang aku sudah habis," ucapnya menatap kedua telapak kakinya. Sendalnya yang sudah semakin lama menipis mungkin karena dia terlalu banyak berjalan jauh. "Boby butuh makan, kita juga butuh tempat tinggal. Tidak mungkin aku dan Boby tidur di ruko-ruko sekitar sini. Tadi saja aku sudah diusir," ucapnya kembali dengan wajah murung.
Guriyah yang kini berada di pinggir jalan duduk di sebuah kursi panjang. Setelah diusir dari warung tadi, dia menemukan tempat baru yang sepi dan tidak akan ada yang mengusir dirinya.
Boby yang kini tertidur pulas padahal baru pukul 19.00
Saat hendak mengambil sebuah sapu tangan milik Boby di tasnya, Guriyah menemukan sesuatu yang membuat dirinya tersenyum tipis.
"Kalau uang seribu rupiah apa bisa?" gumamnya.
Dia pun berdiri perlahan dari kursi tersebut dengan menggendong Boby dan tas ransel yang terus saja dia bawa. Pundaknya terasa sakit dan pegal.
Berjalan menunggu angkutan umum dan sebuah kendaraan berwarna merah datang atau biasa disebut angkutan kota.
"Ayo ... ayo ... naik Bu!"
Guriyah menganggukkan kepalanya. Dengan perasaan yang sangat yakin, dia naik dan duduk di kursi dekat pintu. Angin malam menyejukkan tubuhnya, tetapi tidak lupa juga dia menyelimuti Boby dengan kain.
"Mau pergi ke mana Bu?" tanya supir angkot tersebut.
Guriyah terdiam, walau dia tampak berani tetapi dia juga takut.
"Bu ... nanti mau berhenti di mana? Jangan sampai salah tujuan ya Bu, soalnya saya tidak bisa antar ke terminal lagi. Terakhir ini!"
Guriyah masih terdiam, dia bingung kemana tujuannya. Namun dia teringat sesuatu.
Penumpang yang hanya ada 6 orang saja termasuk Guriyah. Walau belum terlalu malam, sepertinya supir angkot itu terburu-buru pulang. Dan kepala yang botak, perutnya yang buncit besar membuatku Guriyah tampak tenang. "Aku yakin supir angkot ini orang baik," ucap Guriyah pelan.
Perjalanan dengan kemacetan dan satu persatu penumpang turun. Kini hanya tersisa 3 saja.
"Bu ... saya minta uangnya sekarang ya mau beli bensin dulu takut sekalian nuker duit biar gak recehan," ucap supir angkot itu yang menepikan angkotnya dan berhenti tepat di depan warung.
Guriyah bingung, dia melihat tiga orang yang duduk di sampingnya.
"Bu ... mana uangnya, jangan diam saja Bu nanti kelamaan kita berhentinya."
"Bang maaf ya, saya cuma punya ini." Guriyah yang terkejut dan memberikan uang logam seribu rupiah kepada supir tersebut.
Sedangkan supir tersebut melihat sebuah uang logam bulat yang diberikan Guriyah membuat mulutnya ternganga lebar.
"Bu ... jangan bercanda!" ucapnya dengan tersenyum.