Memeluk sang adik dengan begitu lembut, dia sangat rindu kepada Boby tetapi Ginanti juga menginginkan ibunya. Dia ingin keluarganya berkumpul kembali. Kenapa ibunya tidak pulang? Apa karena Ginanti terlalu nakal? Dia berjanji akan menjadi anak yang baik, pekerjaan rumah akan Ginanti kerjakan dengan semangat, tugas-tugas sekolah akan dia kerjakan lebih giat lagi dan apa pun yang ibunya perintahkan pasti akan dia kerjakan secara cepat.
"Aku ingin Ibu kembali? Kenapa kalian tidak bisa membujuknya? Aku tidak akan makan sampai dia kembali, walau itu berlangsung lama aku akan melakukannya!" ucap Ginanti dengan tatapan yang tajam. Walau pun ucapannya terlihat tegas tetapi hatinya rapuh.
"Gin ... kami sudah membujuknya, tetapi ya itu jawaban Ibu kamu. Dia hanya memberikan Boby karena dia tidak ingin membiarkan Boby luntang-lantung di jalan bersamanya," jawab sang nenek dengan lembut, berharap agar Ginanti mengerti apa yang dibicarakan tetapi tetap saja, dia keras kepala yang sama seperti ibunya.
"Jika seperti itu aku juga tidak akan menerima Boby, siapa yang akan mengurusnya nanti? Aku bukan ibunya, aku adalah kakaknya. Dia butuh seorang Ibu!"
"Ya kami paham Gin, kita urus Boby bersama ya."
"Tidak, ucapanku tidak main-main Nek!" cetusnya dengan wajah datar.
"Jika seperti itu kamu ikut saja dengan Akbar untuk membujuk ibumu!"
"Aku tidak mau ikut dengan Om, jika Ibu masih peduli terhadapku maka dia akan kembali hiks ... hiks ... hiks ... jika tidak kembali maka aku tahu artinya."
Mendengar ucapan Ginanti membuat Nenek Aminah pergi keluar dari rumah. "Akbar, kamu coba bujuk lagi Guriyah untuk pulang! Ibu kasihan dengan Ginanti," ucapnya.
"Baik Bu."
"Jika Guriyah mau ikut pulang kabarkan lewat telepon kita akan berbicara secara keluarga!"
Sedangkan Ginanti yang mengintip dari balik jendela, dia mendengarkan percakapan Nenek dan omnya tentang ibunya. Itu berarti sang ibu sudah ditemukan dan ada di suatu tempat tetapi dia masih belum ingin kembali mungkin karena sebuah alasan dan bukan karena tidak ingin bertemu dengan Ginanti.
***
Suara dering ponsel terus saja berbunyi, Ginanti mengabaikannya. Dia tahu siapa penelepon itu, dia adalah gurunya di sekolah. Ginanti sudah izin, tetapi mungkin para gurunya khawatir. Mungkin mereka takut terjadi sesuatu terhadap Ginanti dan dia yang hanya izin selama dua hari saja tetapi sudah tiga hari Ginanti tidak masuk. Itu berarti untuk satu hari dia tidak sekolah tanpa keterangan.
"Gin, ponsel kamu terus berdering!" ucap Nenek yang sedang menonton televisi.
"Biarin saja Nek," jawab Ginanti di kamar mandi. Dia sedang berada di rumah neneknya.
Ginanti sedang mencuci pakaian Boby yang menumpuk. Suara keran air yang berisik begitu juga dengan suara televisi yang tidak kalah kencangnya tidak membuat Boby menangis berada di pangkuan sang nenek.
Tok!