Bekerja menjadi seorang admin yang dipikiran orang lain hanya duduk-duduk saja, padahal pada kenyataannya kepala mereka hampir pecah, bukan hanya karena perihal menghitung saja melainkan memeriksa beberapa dokumen.
"Hai ... hai ...." Ginanti menyapa beberapa orang yang sedang berkumpul berbincang.
Terkejut dengan suara Ginanti yang begitu kencang membuat semuanya menggelengkan kepala. Ginanti yang dikenal ceria dan suka tertawa banyak menghibur banyak orang.
"Gina kamu sudah datang saja masih ada waktu sepulu menitan lagi juga," ucap seorang wanita tua yang bernama Bu Ani.
"Tidak apa-apa Ibu, dari pada menunggu di loker sendirian lebih baik Gina datang saja ke sini," jawab Ginanti tersenyum lebar.
"Benar juga Gin, kamu sudah lihat video lucu yang lagi viral belum?" tanyanya dengan sangat antusias.
"Emang ada Bu?"
"Ada Gin, kamu sering kirim-kirim video lucu tapi ketinggalan kamu.
"Biarkan saja Bu, jangan di kirim nanti kalau dia lihat malah ketawa tidak berhenti Bu," cetus Rio dengan menyenggol Gina.
"Dih apa si Ri. Bu ... liat si Rio dia sirik Bu!" Ginanti yang menunjuk wajah Rio dengan wajah cemberutnya.
"Mulai tuh Bu, biarin aja nanti juga ada yang membela."
"Aduh ... aduh siapa Rio yang bela Gina?" tanya Bu Ani yang justru juga ikut menggoda Gina.
"Baru satu petasan yang datang, nanti kalau satu petasan lagi datang meledak Bu ruangan."
Bu Ani adalah salah satu karyawan dengan status tetap sedangkan Rio dan Ginanti hanya anak kontrak atau sementara. Seluruh karyawan di perusahaan ini adalah orang yang menggembirakan. Bagi Ginanti mereka semua adalah keluarga kedua.
"Woii ... Gina kamu tinggalin aku! Aku tunggu dari tadi ternyata kata Pak Nino kamu sudah datang." Kedatangan seseorang dengan suara yang cempreng membuat Ginanti dan yang lain terkejut.
"Aku nunggu kamu lama sekali, kamu bilang hampir sampai tapi tidak sampai-sampai."
"Aku si kalau jadi Nadia marah sama Gina."
"Jangan termakan ucapan Rio, dia ingin membuat pertemanan kita hancur!" Ginanti menatap Rio dengan tajam, begitu juga dengan Nadia yang memegang kerah baju Rio dengan sangat erat.
Sedangkan Rio yang menatap takut melihat kedua sahabat itu telah bersatu membuat bulu kuduknya merinding. "Bu bantu Bu!" ucap Rio memohon kepada Bu Ani.
"Ibu pulang duluan ya Rio, jaga telinga kamu. Hahahaha ...." celetuk Bu Ani meninggalkan Rio.