SEJUTA KISAH

BulanBintang
Chapter #29

29. Bersama Mimpi Buruk

Hari libur bukanlah hari yang melelahkan tetapi bagi Ginanti setiap harinya dia sangat lelah. Meletakkan tubuhnya di atas kasur, sejak tadi pagi dia tertidur. Bahkan sampai sore hari Ginanti masih melakukan hal yang sama, seperti beruang yang sedang hibernasi panjang. Tubuhnya yang terasa lelah dan lemas. Semangatnya telah hilang, wajahnya terlihat pucat.

Sebagian besar orang ketika hari libur, mereka menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang, terlebih lagi hari ini adalah akhir bulan. Semua orang mendapatkan gaji dari hasil jerih payah mereka. Mereka pasti sedang bersenang-senang, entah pergi ke kafe, berjalan-jalan ke mal atau mungkin berbelanja bulanan. Tetapi berbeda dengan Ginanti yang uangnya habis hanya untuk kebutuhan keluarganya. Terkadang dia merasa iri dengan teman-temannya yang bisa bersenang-senang sekadar untuk menyenangkan diri. Membeli pakaian dan memakan makanan yang enak. Jika dia egois lebih mementingkan dirinya dari pada keluarganya mungkin saja Ginanti bisa seperti para temannya, tetapi yang akan terjadi pada keluarganya adalah sebuah penderitaan.

Dia juga terkadang merasa iri dengan pakaian yang digunakan oleh teman-temannya. Mereka menggunakan pakaian dengan berbagai macam bentuk mengikuti apa yang sedang terkenal di kalangan anak muda saat ini. Jika boleh jujur Ginanti ingin melakukannya, tetapi dia tidak bisa. Ginanti lebih memilih berpakaian formal seperti kemeja dengan celana bahan dan sepatu flatshoes hitam. Bahkan harga pakaiannya terbilang murah, tidak sampai ratusan ribu.

"Huaaa ...." Ginanti menguap panjang. Dia yang terbangun karena mendengar suara notifikasi ponselnya yang tidak berhenti berbunyi. "Siapa yang ganggu aku?" ucapnya dan mengecek layar ponselnya.

Sekitar 100 pesan pada grub sehingga membuat Ginanti membulatkan kedua matanya.

"Yang benar saja," ucap Ginanti menggelengkan kepalanya. 

Grub yang berisi lima orang perempuan itu sedang membahas tentang acara mereka. Besok adalah hari Minggu mereka semua akan pergi berkumpul, dan Ginanti yang diajak pun bingung. Dia ingin ikut tetapi Ginanti sudah memiliki janji kepada Nadia dan teman kerjanya yang lain untuk pergi, dan di sisi lain Ginanti jarang berkumpul dengan teman-teman lamanya karena dia yang selalu menolak dengan banyak alasan. Karena para teman lamanya yang sering berkumpul hampir dalam seminggu tiga kali, walau hanya sekedar duduk makan dan minum di sebuah restoran kecil tetapi jika diperhitungkan jumlah pengeluarannya dalam sebulan bisa dibilang lumayan menguras uangnya. Ginanti tidak bisa seperti mereka, mengeluarkan uang hanya untuk bersenang-senang.

Dan dia yang akan pergi dengan Nadia hanya sebulan sekali bahkan terkadang Ginanti jarang melakukannya. Dengan terpaksa Ginanti kembali menolak ajakan teman lamanya.

Ginanti : "Maaf ya, aku tidak bisa. Aku sudah ada janji."

Mila : "Sombong kamu Gin sekarang, karena sudah kerja enak susah buat kumpul."

Bulan : "Benar Ginanti sombong, dia mementingkan janjinya dari pada dengan kita."

Ginanti: "Maaf ya teman-teman aku tidak bisa pergi bersama dengan kalian. Sekali lagi aku minta maaf."

Ginanti pun langsung mematikan ponselnya. Mereka pasti marah dengan dirinya, bahkan temannya pasti berpikiran kalau Ginanti sombong. Semua tidak ada yang mengerti ketika berada di posisi Ginanti, uang yang hanya tersisa ratusan ribu dari hasil gajinya itu dia simpan karena pasti dalam beberapa hari sang ibu memintanya. Dan jika dia pergi mengikuti setiap permintaan temannya keluarganya akan kelaparan. Tidak mungkin Ginanti makan di luar sana dengan makanan yang enak, sedangkan para keluarganya hanya makan tahu dan tempe. Ginanti bukan anak yang tega melakukan itu, lebih baik dia membeli makanan enak untuk menyenangkan kedua orang tuanya dan para adiknya.

Lihat selengkapnya