Ginanti menangis dalam tidurnya. Tubuhnya yang sejak tadi tidak bisa diam. Keringat bercucuran hingga pakaiannya basah hingga akhirnya Ginanti membuka kedua matanya. Dia mengatur nafasnya yang tidak beraturan, wajahnya yang pucat mengingat bagaimana mimpinya tadi.
"Ibu ...." teriaknya. Setiap ada mimpi buruk Ginanti selalu menyebut nama ibunya.
"Gina kamu baik-baik saja?" tanya sang ibu yang sejak tadi sudah membangunkan Ginanti karena melihat putrinya yang tidak berhenti gelisah.
"Ginanti takut," celetuknya dan langsung saja memeluk ibunya.
Melihat putrinya yang ketakutan membuat Guriyah juga memeluknya. "Kamu mimpi buruk apa lagi Gin?"
"Ibu dan Bapak bertengkar hiks ... hiks ...."
"Tidak Gina, Ibu dan Bapak tidak bertengkar. Bapak kamu juga sedang bekerja. Ibu sedang bersama dengan Boby sayang tidak bersama dengan Bapak."
"Ibu bohong, Ginanti tadi liat kalian bertengkar. Bapak pasti sudah pergi meninggalkan kita, dan Ibu yang mengusirnya. Boby mana Bu, jangan bilang Bapak juga bawa Boby ya. Hiks ... hiks .... " Ginanti menggelengkan kepalanya dia yakin kalau ibunya sedang berbohong karena jelas-jelas Ginanti melihat kalau kedua orang tuanya sedang bertengkar.
"Kamu cuma mimpi Gin."
"Tidak itu bukan mimpi, aku lihat kalian berdua," jawabnya menyangkal ucapan sang ibu. Tidak mungkin semua terasa begitu nyata. "Ibu banyak hutang lagi, kalian akan berpisah," jawab Ginanti sambil menangis. Perjuangan ibunya yang membayar perlahan hutang milik sang ibu dan dilanjutkan oleh Ginanti ketika memiliki penghasilan saat sekolah bahkan hingga sekarang. Tetapi semua kembali seperti dulu lagi.
"Ginanti itu mimpi, kamu jangan bersedih dulu ya. Kalau tidak percaya tanya saja Boby adikmu," jawab sang ibu yang mencoba menenangkan Ginanti yang menangis ketakutan. "Boby ... Boby ...." teriaknya memanggil nama Boby.
Tidak lama kemudian Boby datang saat mendengar suara ibunya yang berteriak.
"Ada apa Ibu?" tanya Boby dengan tersenyum.
"Sejak tadi Ibu menemani kamu bermain kan Boby? Lalu Bapak sejak tadi pagi sudah berangkat bekerja ya Bob."
"Iya Ibu, memangnya ada apa?" tanya anak itu yang kini sedang berada di pangkuan sang ibu.
"Tidak apa-apa sayang, kamu pergi main lagi sana!"
Sedangkan Ginanti yang sejak tadi memandangi wajah anak laki-laki dihadapannya tanpa berkedip sedikit pun. Dia tampak bingung.
"Kakak Gina kenapa Bu? Mengapa dia menangis?" tanya Boby yang melihat sang kakak menatap dirinya dengan air mata yang terus saja menetes.
"Kakak Gina ...."
"Kamu bukan Boby, siapa kamu? Dimana Boby adik aku?" tanya Ginanti berteriak memotong ucapan ibunya.
Boby yang mendengar teriak Ginanti terkejut dan langsung saja memeluk tubuh ibunya. "Ibu Kak Gina kenapa?" tanyanya dengan takut.
"Ginanti ini Boby sayang? Adik kamu!" jawab Ibu dengan wajah sedih melihat kondisi putrinya yang semakin hari semakin memburuk.