SEJUTA KISAH

BulanBintang
Chapter #32

32. Ketakutan Seorang Pengangguran

Mengingat kejadian kemarin membuat Ginanti bingung apa yang terjadi dengan dirinya. Dia yang akhir-akhir ini merasa aneh dengan sikapnya yang terlalu sensitif. Ginanti sadar apa yang terjadi tentang dirinya tetapi dia tidak tahu mengapa itu semua bisa terjadi begitu saja secara tiba-tiba.

"Bu ... Hari ini terakhir kali Ginanti bekerja, aku sudah tidak ada harapan lagi untuk berada di tempat itu."

"Ya Gin ibu mengerti, kamu yakin akan berangkat kerja. Apakah kondisi kamu sudah membaik?" tanya Ibu yang takut kondisi Ginanti kemarin.

Ginanti yang selalu bercerita bagaimana kondisinya akhir-akhir ini sehingga membuat Guriyah terus saja khawatir karena takut penyakit Ginanti kambuh.

"Iya Bu Ginanti baik-baik saja," jawab Ginanti tersenyum. 

Senyuman yang tidak terlihat seperti dulu. Senyuman itu terlihat seperti tidak memiliki nyawa. Tatapan matanya yang penuh rasa kekhawatiran.

"Ya sudah kalau begitu, kamu hati-hati ya Gin." 

Gimana mengangguk dan berpamitan dengan sang ibu. Dia pun melangkahkan kakinya keluar gang rumahnya. Sejak dulu rumah kontrakan yang dia tempati selalu berada di dalam gang, seperti itu kondisi perkampungan yang berada di Jakarta.

Dia yang telah sampai di depan gang untuk menunggu ojek online yang dirinya pesan. Tidak lama kemudian ojeknya datang. 

***

Jarum jam terus saja bergerak berputar. Jam kerja Ginanti akan berakhir begitu juga hari terakhir Ginanti duduk di kursi kerjanya. Menjadi bagian dari perusahaan membuatnya senang. Bertemu dengan banyak orang membuat dirinya bahagia. Nyaman bahkan dirinya sangat enggan pergi dari tempat kerjanya ini. 

Melihat sekeliling ruangannya dan menatap Nadia yang sedang fokus bekerja. Sedih rasanya harus berpisah dengan rekan kerjanya yang juga merupakan sahabatnya. Saling bercerita satu sama lain baik suka atau pun duka. Mengingat pertama kali mereka masuk kerja membuat Ginanti sudah sangat akrab dengan Nadia. 

"Gina, akhirnya aku selesai." Pekerjaan terakhir yang kami selesaikan membuat kami berdua sama-sama tersenyum. "Aku takut jika nanti aku nangis ketika berpamitan nanti. Arghh ... cepat sekali kita harus pergi dari tempat ini satu tahun lebih sudah seperti dua Minggu saja," ucap Gina.

Memang benar perkataan Gina waktu berlalu begitu cepat. "Sebelum berpisah dengan yang lain kita harus berdua harus sama-sama berpamitan. Nadia terima kasih atas waktu yang kamu berikan kepada aku, maaf sudah merepotkan kamu."

"Peluk Gina," ucap Nadia yang memeluk Ginanti. Mereka berdua saling berpelukan melepas perpisahan yang akan terjadi dalam hitungan menit. Setiap hari keduanya tidak akan bertemu lagi. Tidak ada teriakan yang Ginanti dengar begitu juga dengan Nadia. "Kamu jangan bicara seperti itu, tidak ada yang merasa direpotkan. Aku senang kamu bisa mempercayai aku untuk menjadi teman cerita kamu Gin. Aku juga sering bercerita, terima kasih sudah menjadi sahabat, teman, dan rekan kerja terbaik bagi aku," ucapnya meneteskan air mata.

Lihat selengkapnya