Keputusannya untuk tidak pergi ke acara perusahaannya membuat Ginanti merasa sedih. Tetapi bagaimana jika itu adalah hal yang terbaik bagi dirinya, karena jika rekan kerjanya tahu kondisi Ginanti dia pasti akan menjadi buah bibir. Lebih baik Ginanti mengalah mengorbankan kebahagiaannya dan membiarkan teman-temannya kecewa oleh dirinya dari pada Ginanti harus menanggung malu dan berakhir dijauhkan.
Ponselnya yang sejak tadi tidak berhenti berdering, notifikasi pesan yang terus berbunyi. Ginanti diam mengabaikannya, dia tahu pasti banyak teman-temannya bertanya alasan mengapa dirinya tidak ikut pergi. Walau sudah dijelaskan alasan Ginanti tidak pergi karena sakit tetapi tetap saja temannya memaksa dirinya untuk ikut.
"Gina ponsel kamu berdering terus, tidak kamu jawab?" tanya Ibu.
Entah berapa panggilan yang masuk tetapi Ginanti tetap mengabaikan. Bukan tidak ingin menjawab, dia selalu saja takut jika ada panggilan masuk. Siapa pun itu Ginanti tidak akan menjawabnya walau orang terdekatnya, terkecuali keluarga.
Rasa penasaran dalam diri Ginanti kini muncul bagaimana tanggapan teman-temannya, walau sebenarnya Ginanti sudah menebak-nebak respon mereka.
Pesan masuk : Gina kamu tidak menjawab teleponku, cepat jawab! Tenang saja kamu sakit kami semua akan menjagamu Gina. Sepi tahu bila tidak ada kamu.
Gina tersenyum membaca salah satu pesan temannya. Dia sedikit terharu tetapi hatinya tidak tergerak karena keputusannya sudah yakin kalau dirinya tidak akan ikut.
Dia pun kembali membuka pesan ke dua dari Nadia.
Nadia : Kamu jangan memaksakan diri Gina, aku terima keputusan kamu untuk ikut atau tidak. Jaga diri kamu Gina, kesehatan nomor satu jangan pedulikan kata orang. Jangan terlalu memikirkan banyak hal. Kamu manusia hebat yang harus tetap semangat dan jangan menyerah!
Melihat pesan Nadia membuat Ginanti selalu merasa terharu. Betapa beruntung dirinya mempunyai teman seperti Nadia, selalu memberikan semangat dalam bentuk apa pun.
Nadia : Gina semua orang bertanya kepadaku kenapa kamu tidak ikut? Mereka juga bertanya kamu sakit apa. Tetapi tenang saja mulutku akan terkunci sampai kapan pun, rahasia kamu akan aku simpan. Akan aku coba buat alasan yang membuat mereka yakin kalau kamu tidak ikut. Kamu tidak perlu memikirkan ucapan mereka.
Ginanti terkadang malu kepada Nadia, dia yang hampir setiap hari mendengarkan keluhan Ginanti tentang lelahnya hidup. Ginanti pun tahu bisa saja Nadia bosan mendengarnya, tetapi Nadia tidak pernah memberitahukannya. Justru Nadia mendengarkan dan memberikan ruang cerita bagi Ginanti bahkan semangat.
"Siapa Gin yang mengganggu kamu?" tanya Ibu penasaran.
"Biasa Bu teman-teman Ginanti, mereka memaksaku untuk ikut. Tetapi tenang saja Gina menolak," jawab Ginanti.
"Ya, dari pada kamu pergi dengan mereka lebih baik kamu pergi dengan Ibu dan adik-adik kamu."
Ginanti terdiam, semenjak penyakit mentalnya muncul dia sedikit merasa takut jika berada di luar bahkan bukan hanya itu ketika menatap mata orang Ginanti tampak gugup dan takut.
"Tidak Bu, Gina takut," jawab Ginanti dengan keringat yang membasahi pelipisnya.
"Takut kenapa Gina?" tanya Ibu dengan bingung.