Tamparan panas mengenai pipi kanan Ginanti, sangat sakit bahkan sampai berdenyut. Terkejut dengan sikap Ibu kepadanya membuat Ginanti kembali ketakutan.
"Ibu jahat ... Ibu jahat ... Ibu marah sama Ginanti, Ibu pukul Ginanti seperti dahulu lagi, hiks ... hiks ...." ucap Ginanti takut dengan menggeserkan tubuhnya mundur tidak mau berada di dekat sang ibu. Kedua mata yang sembap dan rambut terlihat acak-acakan menggambarkan kondisi Ginanti yang sangat berantakan.
"Lihat Guriyah karena perbuatan kamu itu!" cetus Wayan dengan kesal.
Guriyah pun terlihat tampak merasa bersalah dengan apa yang baru saja dia lakukan. Dirinya tidak bermaksud melukai Ginanti, dia hanya reflek mengangkat tangannya dan menampar Ginanti setelah mendengar ucapan Ginanti.
"Gina ibu minta maaf, ibu tidak seperti dahulu lagi. Ibu tidak jahat, maafkan ibu ya. Sini Ginanti jangan takut sama ibu!" ucap Guriyah tatapan sedihnya.
Ginanti yang menutup kedua telinganya, dia tidak mau mendengarkan ucapan ibunya itu. Rasanya sangat berisik, Ginanti hanya ingin tenang. Kesal Jika ketenangannya tadi yang sedang tertidur diganggu. Dia juga tidak suka jika harus dipaksa untuk makan, dirinya bukanlah anak kecil. Ginanti ingin melakukan banyak hal yang membuatnya bahagia, salah satunya seperti tadi tertidur di atas kasur tanpa adanya suara bising.
Sedangkan Guriyah tidak mau jika Ginanti menjauhi dirinya karena tindakan bodoh yang dilakukannya tadi. Guriyah mengakui kesalahannya, dia hanya tidak suka jika Ginanti berbicara seperti itu. Ginanti yang selalu merasa bukan anak kandungnya membuat hati Guriyah meringis sakit dan sedih.
"Gina dengarkan ibu, jangan seperti ini ya!" ucap Guriyah yang berbicara di samping Ginanti.
"Iya Gina kamu harus dengarkan ibumu, dia sangat sayang kepadamu." ucap Wayan yang juga mencoba membujuk putrinya.
Ginanti yang menyenderkan tubuhnya di tembok dengan kedua tangan yang masih menutupi telinganya. Walau seperti itu suara kedua orang tuanya masih terdengar kecil.
"Gina jangan menutup telinga kamu seperti itu, dengarkan kami! Kamu makan ya Gina!" Wayan kembali berbicara.
"Lihat Wayan ini yang setiap hari aku hadapi, apa kita bawa Ginanti saja untuk di rawat?" tanya Guriyah sehingga membuat Wayan kesal.
"Kamu pikir anak aku gila? Dia tidak gila Guriyah, Ginanti hanya bingung dengan keadaannya dan keluarganya."
"Aku tidak mengatakan dia gila, tetapi terlihat dari sikapnya Ginanti butuh perawatan."
"Tidak, aku sebagai bapaknya menolak. Dia akan sembuh, bantu Ginanti lebih mendekatkan dirinya kepada sang pencipta. Buat dia ikhlas dengan keadaan yang telah terjadi. Kamu sudah pergi ke psikiater saja itu cukup, ingat aku hanya menyetujui sampai di situ saja jangan pergi ke mana pun lagi!"