SEJUTA KISAH

BulanBintang
Chapter #39

39. Aku Terluka Bu

Mengingat bagaimana permintaan ibunya tadi terus saja memenuhi pemikirannya. Dia ingin sekali menolak tetapi Ginanti takut jika ibunya marah terhadap dirinya. Dia juga takut jika keluarganya akan mati kelaparan. Ginanti tidak mau masa lalunya terulang kembali, dia takut kembali seperti dahulu lagi sang ibu yang penuh dengan utang dan mereka serba kekurangan. 

"Aku harus apa?" ucapnya dalam hati.

Sejak tadi Ginanti tidak henti-henti melihat wajah sang ibu yang sedang memasak. Dia melamun menatap wajah ibunya, banyak sekali yang dipikirkannya bahkan sampai tidak sadar jika air yang dimasaknya sudah mendidih sejak tadi.

"Bu ...." panggil Ginanti menyadari ibunya. "Bu ... airnya sudah mendidih," jawab Ginanti ketika sang ibu menyadari suara Ginanti.

"Aduh untung kamu beritahukan Gin, jika tidak air ini akan habis," jawab Guriyah yang saat ini sedang membuat kopi.

Ginanti mengangguk, dia tidak bisa melihat ibunya yang seperti itu. 

"Bu Ginanti mau bicara!" ucap Ginanti. Dia telah berpikir berulang kali tentang ucapan ibunya tadi. Disisi lain Ginanti ingin menolak, tetapi dirinya tidak ingin membuat ibunya kecewa dengan mengharapkan jawaban dari dirinya.

"Apa yang mau Ginanti bicarakan?" tanya Guriyah. Sebenarnya dia tahu apa yang akan dibicarakan oleh putrinya, soal meminta izin untuk meminjam uang kepada orang lain. Guriyah juga yakin kalau putrinya akan setuju dengan ucapannya tadi, dia tahu betapa besar simpati yang dimiliki oleh putrinya itu terhadap keluarga dan bahkan orang lain.

"Aku akan membicarakan soal tadi Bu."

"Ya jadi bagaimana Gina?" 

"Aku setuju," jawab Ginanti dengan hati yang berat dan terpaksa.

"Terima kasih Gin, ibu ucapkan terima kasih sekali lagi kepadamu. Nanti nomor tantenya ibu kirim ya, kamu yang berbicara dengannya lewat telepon," ucap Guriyah dengan bahagia dan merasa lega. Dia tidak perlu memikirkan lagi bayaran sekolah kedua anaknya yang menunggak itu, dan untuk uang makan Minggu depan tidak perlu dirinya pikiran. "Ibu mau minum kopi di depan ya Gina, terima kasih ya Gin," sambungnya dan pergi sambil membawa kopi.

Lagi-lagi Ginanti kalah dengan permintaan ibunya. Menjadi anak pertama yang selalu diharapkan dalam segala hal. Jika boleh jujur ternyata lelah menjadi putri pertama dalam keluarganya. Dipaksa untuk mengerti keadaan yang bahkan keadaan saja tidak mengerti dirinya.

Lihat selengkapnya