Kehidupan dengan adanya utang memang seperti sebuah rintangan. Kita bisa saja menang dan juga bisa mendapatkan sebuah kekalahan. Melihat kalender yang tergantung sudah menunjukkan akhir bulan. Ginanti yang biasa mendapatkan gaji setiap akhir bulan kini sudah tidak ada lagi. Bukan hanya gaji saja, dia juga memiliki cicilan yang harus dibayarkan setiap akhir bulan. Cicilan motor yang baru saja satu tahun dia punya. Hanya tinggal satu tahun lagi Ginanti terbebas dari cicilan tersebut, tetapi pada bulan ini dia menjadi buntu karena dengan uang dari mana dia harus membayar?
Jika Ginanti merelakan motornya dan cicilannya pun berhenti tetapi jujur dia sangat berat, bahkan seluruh keluarganya pun juga merasa keberatan untuk merelakan motornya, karena uang yang sudah dikeluarkan untuk membayar cicilan selama setahun sudah banyak dan itu semua adalah hasil kerja keras Ginanti.
Motor satu-satunya dalam keluarga, yang baru mereka rasakan selama setahun ini. Ginanti memberikan motor tersebut untuk sang bapak berangkat bekerja. Bukan karena dirinya tidak bisa mengendarai motor, melainkan karena dirinya tidak tega melihat setiap hari bapaknya naik sepeda. Apa lagi ketika Ginanti berangkat bekerja dengan naik ojek, bertemu dengan bapaknya yang mengayuh sepeda dengan semangat membuatnya tampak sedih. Otot-otot tulang manusia memang kuat tapi semakin bertambahnya umur maka semakin lemah juga kinerjanya.
"Gina bagaimana ini dengan motor kamu? Sudah waktunya jatuh tempo tapi uang belum terlihat juga."
Perkataan Ibu memang benar, tetapi bagaimana Ginanti harus membayarnya? Sedangkan dia saja tidak bekerja.
"Sabar ya Bu, Gina coba cari uang dulu," jawab Ginanti yang berencana untuk menjual beberapa lukisan lamanya.
"Ya kamu coba ya Gin, hanya untuk bayar motor saja tolong usahakan masalahnya cicilan kita sudah masuk banyak," ucap sang ibu yang terlihat berusaha mempertahankan.
Ginanti mengangguk paham, dia juga tidak mau barang yang sudah diperjuangkan satu tahun hilang begitu saja. Dia pun pergi membuka lemarinya yang dipenuhi dengan beberapa lukisannya. Walau terlihat usang tetapi masih bagus. Ginanti pun mengeluarkan beberapa alat lukisnya, sudah lama dia tidak melukis lagi kini dirinya mencoba keberuntungan seperti dulu. Berhasil atau tidak yang terpenting dirinya sudah mencoba dan berusaha.
Dia kembali mengambil kuasanya, rasanya tidak seperti dulu. Sekarang bagi Ginanti kuas kesayangan miliknya sudah menjadi asing. Dia yang saat ini sedang mencoba memperindah lukisan tersebut agar terlihat tampak baru.
Setelah 5 jam pekerjaan selesai, wajah dan tangannya yang dipenuhi dengan percikan cat membuatnya langsung saja melangkahkan kakinya ke kamar mandi untuk bersiap. Ginanti berencana membawa lukisannya ke pasar malam, berharap ada orang baik yang membeli.
***
Membawa 4 lukisan berukuran besar dan 3 lukisan berukuran kecil. Dia yang saat ini sedang pergi ke sebuah pasar malam dengan menggunakan ojek. Melihat ramainya orang berjalan dan bermain wahana membuat Ginanti tersenyum lebar.
Berhenti di sebuah lapak milik temannya yang sudah tidak berdagang karena tidak adanya modal. Ginanti sudah mendapatkan izin oleh temannya itu.
Lukisan miliknya dipajang satu-persatu agar orang-orang yang berlalu lalang melihat betapa indah karya Ginanti.