SEJUTA KISAH

BulanBintang
Chapter #48

48. Keajaiban Telah Datang (End)

Lukisan indah itu sudah Ginanti berikan kepada team pelaksana acara. Tidak ada yang mengetahui bagaimana lukisan itu dan yang tahu hanya keluarganya saja. Semua lukisan ditutupi kain putih tebal dan bahkan melihat banyaknya team pelaksana kompetisi acara membuat Ginanti tidak perlu merasa khawatir terjadi sesuatu kepada lukisan tersebut. Dan sekarang sudah lima hari waktu berlalu. Hari ini merupakan pengumuman kompetisi tersebut. Ginanti terus saja meminta doa kepada seluruh keluarga besar. Bahkan teman dekatnya yang bernama Nadia juga tahu apa yang sedang dirinya perjuangkan. Nadia merupakan teman yang selalu memberikan semangat segala usaha apa pun yang Ginanti lakukan.

Menatap ponsel yang sejak tadi tergeletak di lantai, matanya tidak berkedip sama sekali. Ginanti berharap mendapatkan telepon dari panitia lomba tersebut kalau lukisan miliknya terpilih. Jika boleh jujur dia sangat mengharapkan menjadi pemenang, tetapi dia juga takut karena yang ikut kompetisi ini bukan hanya 10 orang melainkan lebih bahkan bisa saja ribuan orang. Tetapi jika dirinya menjadi manusia beruntung dari banyaknya orang lain, bagaimana? Segala sesuatu pasti akan terjadi jika sudah waktunya. 

Ginanti yang sudah ikhlas belajar menerima takdir dan sekarang dengan lukisan itu aku berharap rasa ikhlas yang aku miliki benar-benar terlepas. 

Percaya dengan suatu keajaiban akan datang. Percaya bahwa akan datang sebuah kebahagiaan setelah kesedihan. Dirinya menunggu, dan dia berharap hari ini adalah waktunya Ginanti mendapatkan hadiah besar atas segala rintangan yang terjadi dalam hidupnya.

Waktu mandi sore sudah tiba, sejak tadi Ginanti melewatkan mandi paginya hanya untuk menunggu kabar pengumuman kompetisi itu. 

"Aku mandi atau tidak ya? Kalau aku mandi tiba-tiba saja ada telepon berdering dan itu adalah hal yang aku tunggu-tunggu, bagaimana? Sedangkan Ibu saja tidak ada, Boby dan Melati juga sedang pergi bersamanya," ucap Ginanti bingung. 

Tidak mungkin dia membawa ponsel miliknya ke dalam kamar mandi. Jika terjadi sesuatu yang buruk karena hari sial bisa datang kapan saja. Bagaimana jika tiba-tiba saja ponselnya terjatuh ke dalam bak yang berisi air banyak? Kehidupannya yang lagi rumit ini tidak mau Ginanti menambah masalah lagi. Ekonomi keluarganya sedang menurun tidak mungkin dia bisa membeli ponsel lagi.

"Aku tinggal saja kali ya?" tanyanya kepada diri sendiri. Ginanti pun berpikir, hingga akhirnya dia melihat sebuah mesin cuci membuatnya mendapatkan sebuah ide. 

Ginanti mengambil handuk dan pakaian gantinya. Dia pun berjalan menuju kamar mandi. Meletakkan ponselnya di atas tutup mesin cucu membuat dirinya bernapas lega. Menemukan tempat yang aman bagi dirinya, dia pun dapat mandi dengan tenang.

Ginanti pun masuk ke dalam kamar mandi. Seluruh tubuhnya sudah basah dengan air tetapi betapa terkejutnya dia ketika mendengar suara ponsel miliknya berdering. Dia yang sedang di dalam bingung harus mengecek atau tidak siapa yang menelepon dirinya. Menggunakan lilitan handuk panjang, Ginanti pun ke luar dari pintu kamar mandi.

"Jangan bilang ini ...." ucapnya menduga-duga. 

Tangannya yang basah karena air dia keringkan terlebih dahulu dengan air. Dan setelah itu Ginanti mencoba memberanikan diri untuk menjawabnya. Walau Ginanti biasanya takut jika ponselnya berdering dan dia tidak pernah menjawab telepon tersebut. Namun, hari ini Ginanti berbeda. Dia takut telepon tersebut adalah seseorang yang saat ini dia menunggu sebuah kabar baik.

"Halo ...."

"Iya halo, selamat sore. Maaf mengganggu, apakah saya bisa berbicara dengan Ibu Ginanti?" Suara seseorang pria yang terdengar dari ponsel miliknya.

"Iya benar, saya sendiri Ginanti," jawab Ginanti dengan takut dan jantungnya berdetak kencang. Dia sangat gugup.

Lihat selengkapnya