Sekar yang Mekar di Kanvas itu

Inggita Hardaningtyas
Chapter #4

4

2009

Tinggal hitungan bulan, lalu Sekar akan menajajaki fase baru. Kuliah. Rambutnya yang dulu sering dikuncir model apapun, kini mantap ia tutup dengan kain beraneka warna. Gadis itu masih menimbang-nimbang kemana ia akan pergi melanjutkan jenjang pendidikan. Sebenarnya ia antara antusias dan berat hati, kenapa tatanan masyarakat harus begini dan begitu. 

“Kenapa sih selesai sekolah harus kuliah, kerja, dan menikah. Begitu selalu tuntutan orang-orang ini. Bisa tidak sih urutannya dibolak-balik?” uneg-uneg itu jebol juga setelah waktu nyemil sore hari. 

“Terus maumu bagaimana?” sahut sang ibuk sambil membersihkan kotoran di kepala ikan teri bulu ayam yang menumpuk di tampah. 

“Sebetulnya, anak ibuk ini gampang bosan. Sekar takut di tengah jalan berubah pikiran atau coba ini itu.” 

“Nduk, ibuk dan bapak tidak pernah maksa kamu mau apa seperti apa. Yang penting kamu tekun dan yakin itu baik untukmu.” 

“Kalau Sekar maunya di rumah dan membantu usaha ibuk saja bagaimana? Siapa tahu Tuhan bikin usaha ini besar dengan tangan Sekar. Lagipula kuliah itu butuh biaya banyak, buk. Belum kos dan ini itu, sementara adik-adik kan juga butuh banyak biaya.” 

Tahu-tahu sang bapak masuk sambil membawa piring kosongnya. “Mau bagaimana pun kamu harus coba kuliah dulu. Bapak dulu sangat pingin kuliah, tapi tidak ada kesempatan. Bapak akan mengusahakan kesempatan itu buat kamu, jadi kamu harus coba.” 

“Sebenarnya yang pingin kuliah kan bapak, kenapa bapak gak kuliah lagi saja? Hitung-hitung bisa naik golongan dan jabatan di kantor.” 

“Kamu ini.... mau piring bapak melayang ke mukamu?” 

Lihat selengkapnya