"Eh lo udah denger gosip tentang Gamelan yang ada di ruang seni budaya, katanya ada yang mainin malem-malem tapi pas penjaga sekolah lihat gak ada siapa-siapa di sana."
Aku melirik ke sumber suara yang mulai membuat gaduh pagi-pagi. Bel masuk belum berbunyi dan seperti biasa, murid-murid perempuan bergerombol memenuhi bangku Leta—si pemilik suara yang memulai kegaduhan.
"Seriusan lo, Ta? Kata siapa?"
Intan antusias menarik bangkunya yang tidak jauh dari bangku Leta, mendekat ke arah Leta. Semua murid cewek sekarang mengelilingi bangku Leta sama antusiasnya seperti Intan.
"Gue tadi denger penjaga sekolah lagi cerita sama satpam, pas gue baru dateng pagi-pagi."
"Gue tau dari alumni, gamelan memang sering bunyi malam-malam. Kayak ada yang mainin tapi gak ada siapa-siapa pas di cek." Jihan mulai ikut menyaut.
"Semua sekolah pasti ada makhluk halusnya. Intinya semua ruangan yang jarang di huni manusia memang kayak gitu, kan? Sekolah cuman di tempatin pagi sampai sore, sudah di pastikan pasti ada."
Mika si cewek yang selalu tampil tomboi melipat tangannya. Tidak ada ekspreksi ketakutan di wajah cewek itu tidak seperti teman-teman yang lainnya.
"Ya emang sih... Tapi kan, ngeri aja gimana kalau pas kita lagi belajar makhluk tak kasat mata itu gangguin kita?"
Aku mulai terganggu dengan ocehan pagi mereka. Aku yang semula sedang asik membaca komik sambil merasakan angin pagi yang berhembus lewat jendela di sampingku mulai berdiri menghadap mereka.
"Lo semua bisa diem gak sih? Ganggu tau gak! Makhluk halus itu gak ada jadi gak usah parno dan heboh norak kayak gini!"
Ucapku setengah berteriak. Terlihat mereka kaget karna aku yang biasa cuek dengan gosip pagi mereka sekarang bersuara dan sekonyong-konyong meminta mereka berhenti bergosip.
Sebetulnya aku sudah biasa di ganggu pagi-pagi dengan tindakan mereka ini tapi kali ini aku benar-benar terganggu terlebih lagi membicarakan makhluk halus. Benar-benar bodoh.
"Mereka itu gak ada, gak usah bodoh deh!"
"Ar, kita semua tau lo emang gak pernah percaya sama hal mistis kek gini, tapi lo gak usah teriak-teriak kayak gini juga kali sama kita!" Leta membalas berteriak.
"Gue cuman mau membuka mata lo semua, jangan takut sama halusinasi kayak gitu!"
"Halusinasi apa? Jelas-jelas ini beneran." Jihan ikut bersuara diiringi anggukan murid perempuan yang lain.
"Woy! Ada apaan sih ribut-ribut?"
Galih sang ketua kelas yang semula lagi bermain game dengan anak cowok yang lain di bawah papan tulis kini bergabung dengan Leta dan kawan-kawan karna penasaran.
"Biasa si Ar, mulai debat lagi masalah makhluk halus."
Jawab Mika yang sengaja menekannya kata makhluk halus.
"Lo semua lagi gomongin sekolah kita yang angker, ya?"
Galih bertanya antusias lalu di jawab anggukan murid perempuan yang mulai ingat ke-angkeran ruang seni budaya.