Sekarang Aku Bisa Melihat Mereka

STORYIMNIDA
Chapter #2

2

Mataku mulai terbuka saat hidungku mencium bau minyak kayu putih. Kulihat di sampingku sudah ada Galih, sang ketua kelas.

"Gue kenapa?"

"Gue yang harusnya tanya, lo kenapa?! Lo teriak kenceng banget, semua anak-anak di kelas termasuk Pak Budi langsung panik dan nemuin lo udah pingsan di lorong."

"Pingsan?"

"Iya! Kayak abis liat hantu aja lo!"

"Hantu?"

Ucapan Galih yang kutau cuman asal itu tapi berhasil membuat aku kembali mengingat apa yang terjadi sebelum aku berbaring di ranjang UKS ini. Apa benar yang aku lihat tadi? Ah, tidak! Pasti aku hanya berhalusinasi. Efek begadang semalaman membuat aku jadi begini.

"Lo istirahat dulu aja di sini. Nanti Pelajaran kedua kalau lo udah baikan, lo bisa balik ke kelas tapi kalau lo masih ngerasa belum enakan, lo istirahat di sini aja dulu. Gue balik lagi ke kelas ya... lo gak takut, kan gue tinggal sendiri?"

Galih terkekeh, "Arsa Renaldy, kan gak percaya hal kek gituan ya? Haha... Oke gue balik ya, Ar!"

Aku tidak peduli dengan ledekan Galih kepadaku. Sekarang aku masih bingung dengan apa yang terjadi meskipun aku yakini ini efek dari begadang semalam. Tapi aku begadang karna hal ganjil itu juga, kan?

Galih bersiap-siap meninggalkan aku di UKS pundaknya mulai menjauh dariku mendekat pintu UKS. Aku kembali mengambil segelas air putih yang berada di nakas yang sepertinya Galih yang menaruh di sana.

Pandanganku tertuju pada kasur UKS lainnya yang berada di sampingku. Hordeng yang menghalangi ranjangku dan ranjang itu tertiup angin dan terlihat di sana seperti ada yang berbaring. Oke! Berarti aku bukan satu-satunya murid yang di angkut ke UKS di jam pelajaran sekolah.

"Eh, Ar?"

"Hm?"

Galih kembali lagi ke arahku. Ia duduk kembali di samping ranjangku dan mengeluarkan ponselnya.

"Kenapa balik lagi?"

"Gue lupa. Sekarang kan, masih pelajaran Pak Budi. Gue sekalian bolos aja deh. Pura-pura nemenin lo sampai lo siuman."

Galih terkekeh santai sembari duduk di tempat duduk yang berada di samping ranjangku, ia sekarang mulai fokus memainkan game di ponselnya.

Aku diam saja tidak peduli dengan Galih. Aku kembali meneguk air mineral yang masih kugenggam dan menghabiskannya tanpa tersisa. Kutaruh lagi gelas itu ke tempat semula, sesekali kulirik murid yang juga berbaring di UKS.

Tidak terlalu jelas, hanya terlihat baju seragam putihnya yang terhalang oleh hordeng pembatas.

"Liatin apaan lo?"

"Itu,"

Aku menunjuk ranjang di sampingku dengan dagu.

"Wih! Bener juga lo, Ar. Gue tungguin pelajaran Pak Budi sampai selesai sambil rebahan di sana."

Galih sudah salah menangkap maksudku. Ia tertawa sambil bersemangat berjalan ke arah ranjang di sampingku. Aku mencegat dia untuk tidak membuka hordeng itu, karna Galih tidak tau ada orang di sana.

"Jangan! Ada orang di--"

Aku mengantupkan bibirku setelah Galih membuka hordeng pembatas, ranjang itu kosong. Benar-benar kosong. Aku mengernyitkan dahi bingung. Jelas-jelas tadi aku melihat seragam putih sedang berbaring membelakangiku.

"Apa?"

Aku terdiam tidak menjawab pertanyaan Galih. Ia bingung dengan sikap anehku dan diriku sendiri juga merasa aneh dengan hal-hal ganjil ini.

"Ada apaan, Ar?"

"Lupakan! Lo rebahan sepuas hati lo di sana,".

Ucapku cuek. Lalu mengeluarkan ponsel yang ku taruh di saku baju seragamku.

Segala keanehan ini membuatku pusing. Akhirnya kuputuskan untuk membaca komik online, untuk sejenak melupakan segala keganjilan ini.

Aku mulai membaca, komik yang kemarin belum kutuntaskan. Tapi kurasakan ada seseorang di samping Galih. Kutengok Galih yang masih sibuk bermain game di ranjang itu. Aku terbelalak. Wanita berbaju putih yang tertunduk menakutkan berada di samping Galih.

"Galih! Menjauh! Pergi! Pergi kamu jangan deketin Galih!"

"Ar? Lo kenapa?"

"Lih! Lo gak lihat itu di samping lo!"

"Apaan sih?"

"Galih menjauh!"

Galih tampak bingung di sana tanpa sadar aku sudah terlonjak meninggalkan kasur.

"Lo ini kenapa sih? Aneh!"

"Galih itu!"

"Apaan? Lo lagi ngeprank ya? Oh... jangan-jangan lo pingsan juga ngeprank? Waah ini pasti ide lo biar sekalian bisa bolos pelajaran kedua, kan?"

Galih malah tertawa dan kembali memainkan ponselnya. Ia mengabaikanku yang sudah sangat panik dan kenapa wanita itu yang entah makhluk apa masih diam saja tidak pergi.

"Galih! Itu... hantu! Ah gue benci bilang ini! Tapi... itu benar ada di samping lo!"

***

Setelah bel istirahat berbunyi Galih memberitau keanehanku di UKS. Aku yang tadi akhirnya memilih pergi meninggalkan Galih yang masih santai saja berbaring di ranjang UKS. Ia tidak juga mendengarkan aku yang terus menerus memberitaunya untuk menjauh.

Lihat selengkapnya