"Kalau aku menyukaimu, bagaimana, Ar?"
Aku menatap Kala. Ia kini menunduk sambil tersenyum. Ada perasaan aneh di dadaku. Aku tidak tau kenapa.
Kala menyukaiku?
"Ar... tidak usah menjawab apa-apa. Karna aku hanya ingin memberitau saja. Perasaan suka terkadang tidak di balas juga tidak apa-apa."
Aku terdiam. Menatap lantai rumah Kala. Tiba-tiba aku jadi canggung di dekatnya. Tidak seperti kemarin-kemarin. Suasananya jadi berbeda di dekat Kala.
***
Aku membuka pintu kamarku. Anak kecil menyeringai menyeramkan menyambutku. Aku hampir saja berteriak. Tapi sekarang aku mulai bisa mengontrol diriku setiap melihat makhluk-makhluk menyeramkan itu.
Aku berjalan berlalu dari anak kecil berambut pirang itu yang kutau bukan manusia. Aku pura-pura tidak melihatnya dan memejamkan mataku. Pura-pura tidur. Aku tidak mau melihat anak kecil itu.
"Kalau aku menyukaimu, bagaimana, Ar?"
Ucapan Kala tadi terngiang-ngiang di telingaku. Kala menyukaiku? Entah kenapa aku senang mendengarnya. Apa aku juga menyukainya?
Aku membuka mataku lagi. Kulihat sekeliling kamarku sudah tidak ada anak kecil itu.
Besok, aku ingin mengajak Kala ke taman kota. Entah kenapa aku ingin mengajaknya. Meskipun besok hari sabtu yang khusus untuk eskul dan seharusnya aku harus ke sekolah, tapi aku memutuskan besok akan bolos saja.
***
Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Aku sudah berada di depan rumah Kala. Kulihat Kala duduk di teras. Ia memakai seragam sekolah. Apa Kala akan pergi ke sekolah, kupikir dia tidak ikut eskul, karna sabtu kemarin aku tidak melihatnya di sekolah.
"Kala!"
"Ar? Ada apa ke sini?"
"Tadinya aku ingin mengajakmu pergi ke taman kota. Tapi, kamu mau eskul, ya?"
"Tidak."
"Eh? Tapi kamu pakai seragam?"
Kala hanya mengangkat bahu. "Kamu mau mengajakku ke taman?"
Aku mengangguk sambil tersenyum. Entah kenapa rasa senangku semakin tinggi sekarang. Walaupun aku belum bisa bilang aku juga menyukai Kala. Karna aku belum yakin dengan perasaanku.
"Kenapa kamu mengajakku, Ar?"
Tanya Kala sesaat kami sudah menjauh dari rumah Kala. Berjalan santai menuju taman kota yang sebetulnya lumayan jauh dari rumah Kala.
"Ingin saja."
"Terimakasih."
"Untuk?"
"Mau mengajakku."
Aku tersenyum, "Makan es krim, yuk!"
"Kamu saja."
"Kenapa?"
"Aku tidak bisa."
"Kamu tidak bisa makan es krim? Oh... lagi diet?"
"Mungkin..."
"Hey! Sudah kubilang, jangan menjawab itu!"
Aku gemas dan Kala malah tersenyum. Aku merasakan perasaanku mulai menghangat seperti matahari yang menyinari kami berdua.
Tidak tau kenapa jalanan yang lumayan jauh tidak terasa jauh karna kami berdua sepanjang jalan terus berbicara. Kulihat Kala lebih banyak tersenyum sekarang.
Aku juga bercerita Papaku lusa sudah boleh pulang. Bercerita Papaku aku jadi ingat Mamaku meminta aku menjauhi Kala. Kemarin aku bertanya alasan Mama memintaku menjauhi Kala kenapa, tapi dia hanya terdiam.