Sekarang Aku Bisa Melihat Mereka

STORYIMNIDA
Chapter #9

9

Aku masih bingung dengan apa yang terjadi beberapa detik yang lalu. Sekarang aku dan Tante Isma sudah duduk di ruang makan saling berhadapan.

Aku masih memikirkan ucapan Tante Isma tadi. Aku berbicara sendiri? Kala tidak ada? Apa maksudnya? Tidak mungkin. Jelas-jelas Kala tadi datang ke rumahku, berbicara padaku.

"Ar..."

"Cukup Tante, jangan bercanda lagi."

"Tante tidak bercanda, Ar. Kamu tadi memang sendirian sebelum Tante datang. Kamu... berbicara sendiri."

Tante Isma berusaha meyakinkanku. Terdengar nada bicaranya penuh hati-hati tapi dari wajahnya dia memang tidak berbohong atau sedang bergurau.

"Sebetulnya, Tante dari kemarin ingin berbicara padamu tentang ini tapi..."

Aku menoleh menatap wajah Tante Isma yang ragu-ragu ingin mengucapkan sesuatu padaku.

"Kamu ingat waktu Tante pulang dari salon hewan waktu itu, yang bertemu denganmu di jalan sebelum mampir ke rumahmu?"

Aku mengangguk mengiyakan. Saat itu bukankah Kala juga ada di sana. Bukankah Tante Isma juga melihatnya?

"Iya dan saat itu Kala juga ada di sana."

Tante Isma menggeleng pelan dan menaruh bungkusan berisi kue ke atas meja, yang sedari tadi ia pangku.

"Saat itu kamu juga berbicara sendiri. Tersenyum sendiri."

"Tidak mungkin!"

"Ar... Saat itu Tante ingin bertanya padamu, tapi Tante tau kondisimu, jadi Tante urungkan. Tante hanya memberitaukan semuanya pada Mamamu."

Aku mengusap wajahku gusar. Aku masih tidak percaya dengan ucapan Tante Isma. Jelas-jelas aku yakin Kala tadi di sampingku dan saat itu juga Kala mengobrol denganku.

"Tante tidak tau... tapi, Tante pikir, Tante harus mengatakan semuanya. Meskipun saat Tante berbicara tentang ini kepada Mamamu, Mamamu meminta Tante jangan memberitau kamu dulu, tapi Tante pikir, kamu harus segera tau."

Aku hanya terdiam. Tidak menoleh ke arah Tante Isma yang masih terus meyakinkanku. Kepalaku mendadak pusing, rasanya aku ingin berlari ke kamar dan meninggalkan Tante Isma di sini.

"Ar... mungkin dia hanya teman imajinasimu saja atau ... mungkin Kala hantu..."

***

Aku menatap langit-langit kamar. Kesal karna Tante Isma mengatakan Kala hanya teman imajinasiku, bahkan dia bilang Kala hantu.

Aku langsung berlari meninggalkan Tante Isma di ruang makan dan memilih berbaring di kasur. Mendengarnya saja aku sudah muak. Jelas-jelas Kala nyata. Kala ada.

Aku kemarin ke rumahnya, bahkan aku mengobrol dengan kedua orang tua Kala. Tapi kenapa Tante Isma tidak melihat Kala? Kenapa Tante Isma berbicara seperti itu?

Aku ingat, di rumah sakit bukankah Mama juga melihat Kala? Bukankah Mika juga melihat Kala dan bahkan waktu di taman belakang sekolah sebelum Mika mengajakku kembali bergabung dengan teman-teman, Mika berbicara dengan Kala juga, kan? Jadi jelas. Kala bukan teman imajinasiku atau hantu seperti yang Tante Isma bilang. Tante Isma yang keliru, Tanteku itu salah.

"Ar..."

Tante Isma mengetuk pintu kamarku dengan pelan.

"Maaf... tapi Tante harus memberitau semuanya. Tante gak mau keponakan Tante---"

"Cukup Tante! Kala itu ada! Dia nyata! Temanku juga melihatnya dan mengobrol dengan Kala, Mamaku juga melihat Kala saat di rumah sakit. Cukup Tante!"

Tante Isma terdiam di balik pintu. Aku tau nada bicaraku benar-benar tidak sopan. Berteriak kepada yang tua. Tapi aku benar-benar tidak suka, kenapa Tante Isma bilang Kala tidak ada? Kala itu ada. Dia ada!

***

Lihat selengkapnya