Sekarang Aku Bisa Melihat Mereka

STORYIMNIDA
Chapter #14

14

Aku menutup buku PR Matematikaku. Menaruhnya kembali ke tas ranselku dan aku segera berbaring ke kasur.

Aku sangat lelah. Dan aku ingin segera tidur. Kurapatkan selimut karna malam ini cukup dingin. Kurasakan selimutku di tarik. Oke, hal ganjil ini lagi. Aku abaikan selimut itu yang sudah merosot ke bawah.

Mataku masih terpejam belum kubuka, atau hanya sekedar melihat siapa yang menariknya saja aku tidak mau. Sekarang aku tertidur tanpa selimut. Suara orang menangis mulai terdengar. Aku pura-pura tidak mendengarnya. Tetap menutup mata, seolah aku sudah berada di alam mimpi. Mengabaikan sumber suara itu. Mengabaikan yang sudah menarik selimutku.

"Ar..."

Cewek itu menyebut namaku. Suaranya pelan. Suara yang kukenali. Kala!

"Ar... aku ingin berbicara denganmu lagi seperti waktu itu."

Aku diam saja. Pura-pura tidak mendengar. Pura-pura tidur. Meskipun keringat sudah bercucuran di pelipisku. Tapi sekuat tenaga aku mengontrol ketakutanku. Tenang. Aku harus tenang.

"Ar... Aku mau kau dekat denganku bukan dengan Mika. Dekatlah denganku lagi, Ar."

Aku diam saja. Tapi Kala terus memanggil namaku. Dengan suara pelan yang merintih, dengan suara yang sangat menakutkan yang berhasil membuat bulu kudukku berdiri.

Aku tidak tahan. Aku bangun dari posisiku yang tadi berbaring. Menatap tajam Kala yang sekarang menunduk menunggu jawabanku.

"Pergi Kala! Kita berbeda! Dunia kita berbeda!"

"Ar... kamu yang mendekatiku dulu... salahmu... dan aku terlanjur senang..."

Aku melemparkan bantal ke arah Kala tapi tentu saja tidak kena. Kala mendekat ke arahku. Aku mulai takut. Tapi aku ingat apa yang Mika bilang padaku waktu kemarin. Aku menatap tajam Kala yang melirikku dengan tatapan sendu. Wajahnya penuh sayatan.

"Kala pergi! Aku tidak menyukaimu!"

Kala kini melototiku dengan sangat menyeramkan. Aku kepalkan tanganku menahan ketakutan dan menatap tajamnya. Lalu bibirku mulai mengucap, membaca ayat-ayat yang ku hapal untuk makhluk berbeda alam itu pergi dan perlahan Kala menghilang.

Aku tersenyum. Benar kata Mika. Ini melegakan

***

"Mika!"

Aku memanggil Mika yang memasuki gerbang. Ia baru saja keluar dari angkutan umum. Ia menoleh ke arahku lalu berbalik lagi melanjutkan langkahnya.

"Hey! Mika! Cewek pipi gelembung!"

Mika menoleh ke arahku dengan tatapan tajamnya. Ia mendekat ke arahku lalu menutup mulutku dengan kasar. Biasanya aku akan balas perlakuan kasarnya. Tidak tau kenapa sekarang meledeknya jadi menyenangkan.

"Diem gak!"

"Salah lo sendiri nyuekin gue!"

"Lagian kenapa sih, lo, Ar teriak-teriak pagi-pagi?"

Lihat selengkapnya