"Aaaa!!"
"Ar? Kamu kenapa, nak? Ar?"
Mama mengelus pundakku. Napasku terengah-engah. Keringatku bercucuran. Aku mengedarkan pandanganku, ini di kamarku. Mama duduk di ranjang, tepat di sampingku. Ia terlihat bingung dengan diriku yang juga sama bingungnya dengan Mama.
"Kamu kenapa, Ar?"
"Ma... Ar..."
Aku terdiam sejenak saat melihat kue ulang tahun berukuran sedang yang Mama genggam.
"Kue ulang tahun?"
"Hari ini kamu ulang tahun, Ar, kamu lupa?"
Aku mengerutkan dahiku bingung. Ulang tahun? Jelas-jelas tanggal ulang tahunku sudah lewat.
"Sekarang tanggal ulang tahunku, Ma?"
"Iya. Kamu lupa?"
Aku mengusap wajahku yang berkeringat. Kulihat jendela yang sudah di buka, mungkin Mama yang sudah membukanya memperlihatkan matahari pagi menyapaku dengan hangat.
"Jadi ini tanggal 14 Juni?"
"Iya. Kamu ini kenapa, Ar? Tiba-tiba kamu berteriak. Kamu mimpi buruk?"
Aku mengangguk mengiyakan. Semuanya mimpi? Mimpi? Aku masih belum bisa mencerna apa yang telah terjadi. Semuanya terasa nyata, sangat! Sangat nyata!
***
Aku pergi sekolah di antar oleh Mama. Biasanya aku menolak, berdalih sudah besar, ingin mandiri. Tapi kali ini aku meminta Mama mengantarku. Karna aku masih bingung dengan apa yang terjadi pada diriku.
Aku terus memandangi jalanan. Walaupun pikiranku terus melayang-layang entah kemana.
"Ar?"
Mama bertanya padaku. Aku menoleh ke arahnya. Wajahnya sangat khawatir padaku.
"Ar?"
Mama lagi-lagi bertanya padaku dengan lembut. Mama yang sesekali melihat jalanan di depan agar tidak menabrak saat menyetir, ia terus menunggu jawabanku. Kulihat wajah Mama juga bingung.
"Ma, apa Papa kecelakaan waktu di tempat kerja?"
Mama mengerutkan dahinya bingung. Lalu ia menggeleng pelan.
"Tidak, Ar. Papa tidak kenapa-napa. Dia baik-baik saja."
Aku terdiam sejenak. Oke, berarti yang telah ku alami semuanya... mimpi?
"Ar, kamu gak kenapa-napa, kan? Kamu pusing? Gak enak badan? Kita pulang saja ya... nanti Mama menelpon wali kelasmu."
"Tidak usah, Ma. Ar baik-baik saja."
Aku tersenyum. Senyum lebar. Supaya Mama tidak khawatir. Supaya Mama tidak bertanya-tanya lagi.
Setelah sampai di sekolah. Aku mengedarkan pandanganku ke kanan dan kiri. Semuanya masih terlihat normal. Aku tidak melihat makhluk halus itu. Tidak ada yang menyeramkan.
Sampai di koridor. Jantungku berdebar kencang. Sosok paling menakutkan itu, ada di koridor bukan?
Aku berjalan hati-hati melewati koridor. Tidak ada apa-apa. Semuanya berjalan normal. Berarti semuanya memang benar-benar mimpi.
Setelah masuk ke kelas. Teman-temanku menyapaku seperti biasa. Tidak ada sosok anak kecil yang berlari-lari di depan, dekat papan tulis. Atau apapun makhluk yang waktu itu kulihat.
Aku duduk di bangkuku, melihat keluar jendela langit pagi hari seperti biasa terlihat begitu indah dari sini. Aku ingat, ada satu lagi makhluk yang harus aku pastikan di sekolah. Kala!
Aku menoleh ke tempat duduknya. Bangku itu tetap kosong seperti dulu. Tidak ada sosok Kala di sana. Aku kembali melihat ke depan. Berpikir sejenak dan kulihat Leta dan teman-teman cewek lainnya memulai kongkownya seperti biasa.
Tidak ada cewek yang biasanya bergabung di sana. Tidak ada. Aku kembali melihat bangku Kala. Sama saja, dia tidak ada.
"Hei! Ngapain lo? Tengok belakang-depan, terus-terusan lo lakuin itu dari tadi gue lihat?"