Sekat

Imelvay
Chapter #7

#6

Menyatakan cinta pada kamu adalah sesuatu yang luar biasa. Lebih lagi ketika tahu kita saling cinta dan kamu pun menerimanya.

###

Tegang kaki Virgo selama berjalan bersama Zifa menuntun sepeda. Suasana kaku dan senyap, oleh karena belum dibuka pembicaraan sama sekali sejak keluar dari komplek rumah Fandi. Bahkan Zifa yang biasa gampang mengoceh pun terus merapatkan mulut.

Mau tak mau, cowok dingin itu yang harus membuka pembicaraan. Dia mengamati Zifa beberapa detik. Keringat bersembulan di sekitar pelipisnya dan berkilauan tertimpa cahaya matahari. Rambutnya yang diikat agak berantakan dan sesekali bergelombang disapu angin. Tumben cewek itu tidak misuh-misuh disuruh jalan kaki jauh sambil diguyur terik mentari sore seperti ini.

Tapi, belum sampai Virgo membuka mulut, Zifa telah mendahuluinya.

"Vir? Gue mau curhat, nih. Dengerin, ya?" Dia tersenyum jengah.

Ujung bibir Virgo tertarik. "Biasanya pun, cuma aku kan, yang sering kamu jadiin tempat curhat?"

Zifa menggigit ujung jari-jarinya sambil mengangguk-angguk. "Jadi ... gue udah putus sama Didik," kata Zifa hati-hati.

Cepat, Virgo menoleh dengan dahi mengerut tak percaya. Zifa malah meringis.

"Kamu kok, malah kelihatan seneng gitu?"

Zifa jadi tampak grogi. Virgo tahu itu dari raut wajah Zifa yang tampak malu-malu dengan ujung jemari yang saling dikait-kaitkan.

"Kelihatan banget, ya?" Dia tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya.

Virgo melengos berganti menatapi kendaraan yang berlalu lalang di jalan. Selama itu Virgo merasakan jantungnya berdebar-debar bersamaan dengan hatinya yang berbunga-bunga. Jujur saja dia merasa senang mendengarnya. Dia menenggak saliva sebelum berkata lagi.

"Kapan, Fa?"

"Hari ketiga masuk sekolah. Waktu di KC itu." Zifa mengatakannya seolah-olah waktu itu Virgo ada di sana. Membuat Virgo menyadari sesuatu kalau dia dan juga Zifa kemungkinan sudah salah paham mengenai kejadian hari Rabu itu. Tapi sebisa mungkin Virgo menutupinya dengan bersikap lempeng.

"Jadi, kenapa kamu bisa kelihatan seneng gitu?"

"Karena cuma lo yang tahu."

Virgo memicingkan satu mata sambil geleng-geleng tak mengerti, tapi juga tampak seolah tak peduli.

"Hubungannya?"

"Gue udah suka sama seseorang. Dan gue nggak mau ada orang lain ganggu."

Kedua alis mata Virgo bertaut, terkejut. "Siapa?" Dalam hati Virgo merasa sangat penasaran. Menurutnya, beruntung sekali orang yang disukai Zifa itu.

Zifa merasa wajahnya memanas karena malu. Tumben deh nih anak pengen tahu? Malu gue, Vir, rutuknya dalam hati. Dia menyibak rambut yang menjuntai di sekitar pelipis, lalu mengacaknya pelan. Mulai bingung.

"Gue suka sama...." Perut Zifa terasa mulas. Haruskah dia mengatakan yang sebenarnya? "Sama ..., ah, gue takut dia denger, Vir!"

Demi mengatasi rasa ge-er Virgo yang mulai timbul, cowok itu pun berpura-pura celingukan ke kanan-kiri-depan-belakang. Siapa tahu orang yang dimaksud Zifa juga tengah berjalan di dekat mereka. Tapi Virgo tidak menemukan seseorang yang dianggapnya sebagai orang yang disukai Zifa itu. Paling-paling hanya anak kecil yang bermain dan orang dewasa yang lewat.

"Elo, Vir." Zifa langsung membuang muka menghindari Virgo. Malu, wajahnya terasa panas dan merah. Zifa menyeringai keasaman. Mati gue! Ingin sekali dia mencakar-cakar wajahnya, atau langsung berlari melompat ke selokan, biar Virgo tidak melihat wajahnya.

Pengakuan Zifa kontan membuat detak jantung Virgo semakin melonjak. Dia mengerdip beberapa kali hingga dia sadar: kakinya masih menyentuh trotoar. Rasa senang menyeruak menyesaki dadanya. Langkahnya jadi tambah canggung. Virgo malu-malu bahasa mengetahui Zifa juga menyukainya. Ini seakan mimpi di siang hari.

Cowok berkacamata ini tersenyum tertahan-tahan. Hingga lengkungan itu pun terulas mengembang lebar. Manis. Awet. Sepertinya hari ini akan menjadi salah satu hari yang paling membahagiakan dalam hidupnya.

"Aku ... juga ... suka, sama Zifa," balasnya sambil menatap langit. Virgo salah tingkah.

Lihat selengkapnya