Sekat

Imelvay
Chapter #8

#7

Mencintai kamu bukanlah kesalahan. Namun ketika aku melanggar kepercayaan seseorang demi memilikimu, itu baru masalah besar.

###

Harumnya bumbu masakan dari dapur melayang sampai ruang tamu. Menyelinap ke hidung Raka yang baru saja menanggalkan jas putihnya. Penasaran dengan makanan yang diracik tangan dingin putra sulungnya, dia pun segera ke dapur.

"Hmm, baunya enak banget ini ...."

Rendra yang tengah menyiapkan piring-piring langsung memajang wajah girang. "Ayah!" pekiknya seolah baru berpisah dengan ayahnya bertahun-tahun.

Raka dan Rendra memiliki kebiasaan lucu sejak anaknya itu masih kecil. Yaitu berhigh five dengan gaya khusus. Mulai dari toast telapak tangan, adu kepal, lalu geleng-geleng dengan dahi yang saling menempel. Kalau bukan karena Rendra, mungkin Raka tak akan berbuat hal konyol semacam itu. Lagi pula, Rendra lebih mewarisi sifat ayahnya.

Berbeda dengan Virgo yang lebih sama seperti ibunya. Lebih kalem dan serius. Lihat saja sekarang. Dia hanya menyalami ayahnya tanpa menyapa sedikit pun. Malahan kelihatan tak bersemangat seperti tadi ketika membantu Rendra memasak.

"Anak Ayah yang satu ini nggak sakit, kan?" tanya Raka sambil mengacak-acak rambut Virgo. Lalu duduk di sebelah anaknya tersebut.

Virgo hanya menggeleng pelan dengan senyum tipis. Bahkan tak terlihat.

"Mas Raka udah pulang? Balik lagi, atau ...?" Devina yang baru muncul langsung bercipika-cipiki dengan sang suami.

"Iya, Vin. Lepas isya' ada operasi. Ini aja aku pulang cuma nurutin anak satu itu, hehehe. Katanya mau masakin Ayah yang enak-enak, gitu"

Rendra yang sedang menciduk sup terkekeh tahu dirinya disindir.

Kadang Virgo iri dengan Rendra yang sering lebih banyak dituruti permintaannya oleh Raka dan Devina. Akan tetapi Virgo sadar, kalau Rendra memang lebih membutuhkan mereka berdua. Karena Rendra bukanlah anak normal sepertinya.

"Oh iya, ini nih, Igo dari tadi diem mulu. Tanyain coba."

"Kamu nggak pa-pa, kan, Go?" tanya Devina seraya mengambilkan nasi untuk Virgo. "Anak yang mukulin kamu nggak datengin kamu, kan?" Matanya menyelidik.

"Mukulin? Virgo dipukuli? Dipukuli siapa? Apanya yang dipukuli? Kapan? Kok nggak ada yang bilang sama Ayah?" cecar Raka. Raut wajahnya mendadak serius mengetahui hal tersebut.

"Igo nggak sengaja lewat jalan yang digunain tawuran anak SMA, Mas. Pulangnya wajah Igo babak belur. Sepeda sama kacamatanya rusak parah. Nggak bisa digunain lagi."

Raka tak bernapas barang sejenak selama Devina menjelaskan. Dia menggeleng-geleng kemudian. Tak habis pikir dengan kejadian yang menimpa anaknya. Wajahnya masih tampak tercengang.

"Sekarang udah nggak sakit lagi, Yah," Virgo menenangkan ayahnya yang kelihatan begitu cemas.

"Kamu benar-benar nggak pa-pa, Go? Nggak ada yang bekas, sakitnya? Bagian dalam nggak ada yang sakit, kan?"

"Nggak ada, Yah. Igo udah nggak pa-pa." Virgo mulai melahap makanannya. Masih dengan gerakan lemas. Dia benar-benar sedang tidak mood sama sekali untuk makan. Sayang perutnya tak bisa berkompromi dengan suasana hatinya saat ini.

"Ya udahlah, Go. Mending mulai sekarang kamu sering bareng Rendra aja, berangkat sama pulang sekolahnya. Nggak usah pakai sepeda lagi."

Rendra langsung bengong. Padahal mulutnya masih penuh dengan makanan. "Terus, Zifa sama siapa? Kasihan dong, sendirian? Cewek pula."

"Ah, kamu tuh ya?" Devina mencubit gemas pipi Rendra yang duduk di sebelahnya.

"Aa-aduh!" Cowok itu kontan menggosok pipinya.

"Selalu aja mikirin Zifa. Emang udah sedeket apa, sih? Ha?"

Yang ditanya cuma meringis jengah. Satu rumah juga sudah tahu kalau Rendra itu suka pada Zifa.

"Kalau begitu, besok biar Bunda ajak Igo beli sepeda dan kacamata baru. Bisa, kan, Bun?"

Devina mengangguk menanggapi Raka. "Terus kenapa kamu cemberut mulu, Go?"

"Palingan galau, Bun. Mikir Tanti."

Virgo langsung menjeling ke arah Rendra. Yang dijelingi terus meringis seolah nggak punya dosa.

"Tanti? Anaknya bu Wirda, kan? Pakai kerudung besar? Cewek model Tanti itu setau Ayah nggak mau diajak pacaran, Go. Dideketin aja impossible ... impossible ...," cicit Raka. Rendra terkekeh. Sementara Devina cuma menggeleng-geleng melihat Virgo dikeroyok seperti itu.

Virgo mendengus jengkel. Raka memang setali tiga uang dengan Rendra. Virgo akui kalau dia itu memang kalah gaul dengan ayahnya yang bahkan hampir berkepala lima itu. Di sekolah, keseriusan dan sikap dinginnya itu sangat dikagumi dan dielu-elukan oleh cewek-cewek penggemarnya. Berbeda dengan di rumah, yang mana kedua sifat Virgo tersebut justru kerap dijadikan bahan olokan oleh Rendra dan ayahnya sendiri. Kadang Virgo sangsi apakah Raka itu benar-benar seorang dokter atau bukan. Rasa-rasanya Raka kurang cocok disebut dokter mengingat kelakuannya yang cukup miring selama di rumah. Jangan-jangan selama memeriksa pasiennya, Raka sering bermain-main. Impossible ... impossible ..., hihihi.

"Ha!" Semua pandangan langsung tertuju pada Rendra. Virgo sendiri memandangi kakaknya itu kesal dengan pertanyaan yang tersirat, 'a-pa-la-gi-ha?'

"Jangan-jangan Virgo suka lagi, sama Zifa!"

Tuduhan ngawur, gaje, dan sangat ajaib walaupun pas. Benar-benar tepat sasaran. Tapi dari mana coba, Rendra bisa menyimpulkan hal tersebut?

Virgo semakin tegang di kursinya. Dia langsung mendaratkan pandangan yang-benar-saja pada Rendra dengan kebimbangan yang hampir mendominasi. Jantungnya berdebar-debar. Takut apa yang disembunyikan terungkap begitu saja.

Rendra tak bisa tahan tawa lagi. Tawanya meledak melihat kebingungan di wajah Virgo. "Gue bercanda, kali! Nggak usah gitu juga muka lo, Vir! Hahaha."

Lihat selengkapnya