Keputusan yang tak diambil secara matang hanya akan berbuah kekecewaan.
###
Dua pasang kaki berlarian kesana kemari di atas lantai lapangan basket terbuka, berkejaran, berebut bola. Menantang terik matahari sore, membuat tubuh mereka yang masih dibalut seragam sekolah basah oleh peluh.
Tembakan Virgo meleset begitu dirasakannya ngilu di lengan kanan. Dia sedikit meringis sambil memegangi lengan. Sementara itu, Oka tengah mengambil bola yang menggelinding ke pagar kawat di sisi lapangan.
"Aku udah, ya." Virgo berjalan menepi. Duduk di kursi semen yang teduh oleh pohon di belakangnya. Menggerak-gerakan lengan dengan pelan.
Oka menembakkan bola itu sekali lagi ke ring dengan tangan kiri di luar garis tembakan bebas, ingin meniru Virgo. Mulutnya membisikkan umpatan pada udara begitu bola hanya menabrak papan ring dan meloncat jauh. Dia pun berbalik, membiarkan bolanya menggelinding sesukanya.
"Lo nge-shoot-nya pake tangan kiri mulu tapi bisa pas gitu ya, di garis threepoint lagi. Lo kidal?" Oka menutupi wajahnya dengan telapak tangan sambil mengarahkan pandang ke arah ring, silau dengan cahaya matahari. Masih kagum mengapa tangan kiri Virgo bisa seterampil itu menembakkan bola ke ring.
Virgo berhenti menggerakkan tangan kanannya. "Enggak. Jadi, dulu waktu turnamen pernah jatuh sampai tulang lengan kanan retak. Tapi nggak tau nih, sampai sekarang kalo buat aktivitas berat jadi gampang ngilu."
"Oh, lo anak basket? Pantes aja mainnya bagus." Oka mengambil langkah dan duduk di sebelah Virgo dengan melipat kakinya di atas lutut kiri.
"Dulu waktu kelas satu SMA. Begitu jatuh nggak dibolehin lagi sama Bunda."
Hidung Oka berkerut. Sangat heran. "Kok kayaknya nyokap lo overprotektif banget ya?" katanya dengan perasaan yang sedikit cemas.
Virgo tersenyum tipis. "Nyo-kap-lo-ju-ga."
Senang sih rasanya, kalau membayangkan ternyata Virgo memang kembarannya. Apalagi ketika mengandaikan seperti apa jika dia sudah satu atap bersama Virgo dan keluarga kandungnya. Pasti atmosfer kekakuan dalam keluarga Virgo seperti yang selama ini cowok itu ceritakan akan berganti kehebohan tiap harinya. Ya, Oka bisa jadi satu-satunya orang yang bikin onar dalam rumah.
Tapi begitu mendengar sikap wanita yang Virgo sebut sebagai ibunya itu, Oka jadi tidak siap mental untuk menjadi pembuat masalah.
"Yah, walau begitu, gue enggak sabar bisa ketemu keluarga gue yang sebenarnya," ucapnya dengan pandangan menembus jauh ke langit. Oka sadar kalau Virgo benar. Bahwa banyak peluang jika keberadaan Rendra cukup untuk membuktikan kalau mereka memang benar terpisah, maka sebenarnya Oka yang menghilang dari keluarga Virgo sekarang.
"Sama. Aku enggak sabar kita satu rumah. Makanya harus siap-siap benahin badan, jangan malas-malasan terus biar nggak kaget sama sikap Bunda."
Oka memutar matanya. Muak jika harus mendengar Virgo mulai berceramah tentang segala peraturan rumah yang menyebalkan.
"Gimana? Lo udah ada progres belum?" tanyanya membelokkan topik.
Virgo segera mengeluarkan ponselnya. Kemudian memencet fitur galeri.
Dibenarkannya letak kacamata yang sedikit melorot dari tempat. "Aku nemu akta kelahiran, buatan tahun di mana aku lahir. Ada dua. yang satu Divano Virgo, namaku. Dan satu lagi." Virgo menggeser layar. "Davino Virgio. Aku pikir ada tiga kemungkinan di sini. Pertama, ini salah. Kedua, aku diubah namanya sama Bunda. Dan ketiga, ini nama kamu." Virgo berkata seolah-olah dirinya tengah mengatur siasat sepak bola. Sangat serius dan penuh tekanan.
Kemarin Virgo pergi ke ruang kerja ibunya di mana hampir seluruh dokumen keluarga berada. Virgo hanya bilang mau mengambil akta kelahirannya untuk dibawa sekolah, karena kebetulan dia memang harus membawa fotokopiannya untuk keperluan pendataan. Tanpa sengaja, dia menemukan akta kelahirannya yang lama, bahkan bukan cuma satu, namun dua.
Oka mengambil ponsel Virgo. Termenung. Menelisik ke seluruh permukaan gambar yang tercetak di dalamnya.
Jadi, jika Virgo benar, namanya Davino Virgio?
Kalau iya, dia bahkan sudah dapat nama dari kedua orang tua Virgo. Itu mengartikan bahwa kemungkinan besar dia terpisah beberapa waktu setelah mereka berdua lahir. Tapi oleh sebab apa?
"Kamu sendiri udah dapat bukti apa, Ok?"