Sekat Dalam Asa

Arisyifa Siregar
Chapter #37

36. Masih Tak Sepaham

Waktu Lucia bilang ia ingin seharian bersama, Matthew tak menyangka kalau ia akan membukakan pintu untuk Lucia pagi-pagi buta.

Seperti malam-malam sebelumnya setelah kepergian neneknya, Matthew tak bisa tidur. Ia melakukan banyak kegiatan, bahkan berolahraga—sit up, push up, bahkan lari keliling area rumah—lalu mandi, dan mulai berbaring di kasur dalam keadaan rileks karena kelelahan. Jadi tadi, ketika jam baru menunjukkan pukul lima pagi, ia baru empat jam tidur. Dan dengan kantuk teramat sangat, ia harus memaksa tubuhnya meninggalkan kasur untuk menyeret langkahnya ke arah pintu.

“Aku mau masak!” ujar Lucia, yang tampaknya juga belum mandi karena masih mengenakan celana pendek putih dan t-shirt hitam bergambar kucingnya—yang Matthew hafal, sering ia gunakan untuk tidur. Ia menenteng plastik berisi sayuran dan lauk di kedua tangannya, langsung berjalan lurus ke arah dapur begitu Matthew membukakan pintu.

Sambil mengerjap, berusaha mengusir kantuk yang masih menggelayuti kelopak matanya, Matthew mengekor. Di dapur, Lucia langsung mengeluarkan semua bahan makanannya di atas meja. Melihat semua bahan yang terasa kontradiktif untuk dijadikan sebuah sajian, Matthew mengerutkan dahi. “Kamu mau masak apa?” tanyanya heran.

“Banyak,” sahut Lucia, bergerak ke sana kemari di dapur. Namun, gerakannya jelas bukan gerakan cekatan dan berpengalaman; ia kelihatan kikuk, bingung, tapi pura-pura tenang.

Matthew tak pernah melihat tingkah Lucia yang seperti ini.

“Aku saja yang masak, gimana?” Matthew mendekat, meraih sawi yang tergeletak di atas meja, di sebelah kangkung. Ia tak mengerti mengapa dua sayuran ini berdampingan.

“Nggak usah,” tahan Lucia, mendorong lengan Matthew menjauh dengan tiga jarinya. “Kamu tidur aja lagi.” Kini ia mendorong punggung Matthew, mengarahkan pria itu kembali ke kamar.

Di ambang pintu kamar, Matthew bersikeras berbalik. “Yakin? Kamu tahu kamu mau masak apa?”

“Iya!” tegas Lucia. “Tenang aja, kamu tidur aja lagi.” Mendorong Matthew lagi, tangannya berpindah dari punggung Matthew ke gagang pintu. “Bye!” ucapnya, lalu menutup pintu kamar Matthew, padahal pria itu masih memandang heran ke arahnya.


“Fiuh!” Lucia menghela napas, lalu berjalan kembali ke dapur sambil mengikat rambutnya. Sesungguhnya, ia tak yakin, ingin rasanya membatalkan niatnya yang cukup absurd ini. Tapi sudah terlanjur, dirinya memang ingin melakukan suatu kegiatan yang berbeda bersama Matthew hari ini, agar pria yang masih belum meninggalkan rumah ini, merasa melakukan hal baru di dalam rumahnya dan tak terus-menerus terpuruk di dalam kamar.

“Jadi ya... mari dicoba,” gumam Lucia, mulai bertarung dengan sayuran.


Di dalam kamar, selama beberapa belas menit, Matthew berusaha untuk tidur lagi. Aneh, padahal sebelumnya kantuknya sangat terasa dan ia bahkan bisa langsung tidur lagi kalau memejamkan mata setelah membukakan pintu untuk Lucia. Tapi setelah melihat sayur-sayuran yang Lucia beli, dan gelagat kikuknya di dapur, tak peduli seberapa lekat Matthew memejamkan matanya dan mengosongkan pikirannya, ia tetap khawatir.

Alhasil, dia bangkit dari kasur dan langsung keluar kamar menuju dapur. Dan benar saja, belum sampai setengah jam sejak Lucia bilang ia tahu ia mau masak apa dan Matthew tak perlu khawatir, Matthew menyaksikan sendiri kondisi dapurnya yang mengenaskan.

Berantakan.

Dan yang paling membuat terperangah adalah, saat Matthew mendekat, Lucia tengah memasukkan kangkung ke dalam panci penuh berisi air mendidih. “Kamu mau masak apa?” tanyanya di samping telinga Lucia.

Lucia yang tak sadar akan kehadiran Matthew, langsung terperanjat.

“Aku…” gumamnya kemudian. Masih ragu untuk mengaku, karena dirinya sendiri sadar, sejak awal dia memang mengacau.

Senyum tipis mengembang di sudut bibirnya, “Biar aku aja, ya?” pinta Matthew lembut. Dia takut semua bahan makanan itu habis sia-sia, atau yang lebih parahnya lagi, dapurnya kebakaran.

Mengaku kalah pada dirinya sendiri, Lucia akhirnya mengangguk. Ia bergerak mundur, berdiri di belakang Matthew yang langsung mengambil alih kompor, mematikannya. Dalam hati, Matthew masih bingung sendiri, kenapa sayur kangkung hendak direbus dengan air sebanyak ini. Setelah menurunkan air mendidih itu dari atas kompor, Matthew berbalik dan memindai seluruh sayuran dan bahan makanan yang tergeletak tak beraturan di atas meja.

Lihat selengkapnya