🌾🌾🌾
Melawan gejolak dihati kala lara menghampiri, mengoyak kenangan masa lalu membuat luka lama menganga.
🌾🌾🌾
"Mbak Gendis! alhamdulillah pulang, aku bingung dari tadi Damar merengek minta permen, aku nggak punya uang."
Gendis menyambut gadis kecil yang berlari kearahnya, ada rasa nyeri dalam hatinya kala mendengar penuturan yang keluar dari bibir mungil Salwa. Bibirnya mencoba tersenyum, Salwa memeluk kakak perempuannya erat seperti sudah lama tidak berjumpa. Padahal ia pergi meninggalkan mereka beberapa jam saja, Gendis membelai kepala adiknya dengan lembut lalu mencium kedua pipinya.
"Di mana Damar sekarang? O ya, Ibu gimana?" Gendis menggandeng tangan mungil Salwa, mereka berdua melangkah masuk ke dalam rumah.
"Ibu tidur Mbak, di kamar. Damar ada di kamarnya, dia ngambek. Aku ke kamar Ibu ya," Salwa membalik tubuhnya, gadis kecil berusia empat belas tahun itu meninggalkan kakaknya.
Dengan perlahan Salwa membuka pintu kamar, ia tidak ingin membuat ibunya terkejut atau terbangun. Namun dugaannya salah, sedang duduk di bibir tempat tidur seorang wanita. Rambutnya lurus terurai hingga ke bahu, wajahnya cantik, putih bersih. Tersenyum memandang Salwa yang baru saja muncul dari balik pintu.
"Ibu udah shalat?" tanya Salwa, kemudian duduk di sisi ibunya.
Wanita yang ditanya hanya mengangguk, pandangannya teduh. Namun menyimpan sejuta rindu, sejak suaminya pergi beberapa bulan yang lalu ia tidak kuasa menahan kesedihannya hingga harus terbaring di tempat tidur. Gairah hidupnya terkubur bersama jasad suaminya, fisiknya lemah tak kuasa menahan beban batinnya.
"Ibu mau makan sekarang?" tanya Salwa. Sang ibu menggeleng.
"Tapi tadi siang Ibu belum makan, Salwa ambilkan ya, sedikit aja enggak apa-apa. Yang penting perut Ibu terisi, sebentar Salwa ambilkan."
Tanpa menunggu jawaban dari ibunya gadis kecil itu beranjak, keluar dari kamar. Tidak lama ia sudah kembali dengan semangkuk bubur.
"Salwa suapin ya, Bu."
Salwa menyendok bubur yang ada di dalam mangkuk kemudian ia masukkan ke mulut ibunya dengan lembut dan perlahan. Sang ibu tak kuasa menolak, ia membuka mulutnya.
Hati Salwa begitu bahagia, batinnya terus berdoa agar ibunya segera sehat dan kembali seperti semula. Hingga bubur di mangkuk habis, sang ibu terus menerima suapan dari gadis kecilnya.