Sekolah Atap Tinggi

Agus Puguh Santosa
Chapter #8

Filosofi Kereta

Siang itu cuaca terasa sangat panas. Panas menggantang, bahkan nyala AC di ruang guru siang itu kurasa tak mampu mendinginkan gerahnya udara di sekitar.

Rasa lelah akibat kerja rodi selama 2 minggu terakhir benar-benar telah menguras tenagaku. Saat bangun subuh hari tadi, kepalaku terasa agak berat. Rama memang sempat memintaku untuk beristirahat di rumah, namun aku tetap keukeuh [28] dan tetap pergi ke sekolah.

Kusandarkan kepala di atas tumpuan kedua lenganku yang terlipat di atas meja kerjaku.

“Sri,… Sri,…” kudengar suara setengah berbisik singgah di kedua telingaku.

Bergegas kuperbaiki posisi dudukku. Kutatap satu persatu wajah rekan-rekanku yang tengah beristirahat siang di ruang guru. Hampir seluruhnya terlihat kusut dan kuyu. Percakapan yang terjadi di antara mereka pun tak seintens biasanya. Semua seolah pasrah, sembari menanti jam pulang kerja sore hari nanti.

Tak berapa lama kemudian, kudengar suara pintu ruang guru seperti terbanting, “Juueeeederrrr….”

Aku segera menoleh kearah pintu yang terletak memunggungiku. Sekian waktu lamanya aku hanya bisa terdiam, sebab tak ada seorang pun yang masuk ke dalam ruangan ini.

Aku kemudian berdiri. Kuhampiri Nn Desy yang tengah sibuk merangkai puzzle di atas meja makan.

“Desy, Des,… kamu barusan mendengar suara pintu dibanting nggak?” tanyaku kepadanya. Nn Desy masih terdiam. Nampaknya dia tetap fokus untuk menyelesaikan tantangan puzzle yang sedang dimainkannya.

Kutepuk bahu kanan Nn Desy dengan lembut. “Des,… Desy,” seruku lebih keras.

Kali ini Nn Desy terperanjat, dengan ekspresi terkejut sekaligus kecewa.

“Aduh,… lagi asik main begini digangguin! Sebel, deh!” sahutnya ketus. Kulihat Nn Desy sedang mengunyah permen karet sedemikian rupa; sekali waktu digelembungkannya gumpalan permen itu.

Aku tak langsung menanggapi sikapnya. Selanjutnya kutangkupkan kedua telapak tanganku sebagai isyarat permohonan maafku kepadanya.

Dan Nn Desy tetap fokus dengan permainan puzzle-nya. Mungkin dia memang sedang tak ingin diganggu kali ini. Akupun lalu beringsut meninggalkan meja makan.

Lihat selengkapnya