Budi berjalan keluar ruang guru. Di lapangan ia melihat murid-muridnya sedang bermain sepak bola dengan bola plastik. Ah, mereka tidak langsung pulang sepertinya.
"Pak Budi... ayo ikut main..." seru Soedarso, si ketua kelas dari kelas 5 yang Budi ajar.
Memang Budi sedikit kaget saat pertama mengabsen mereka, nama anak-anak ini sungguh lucu. Ada yang bernama Soedarso, sundoro, watimah, dan nama-nama jadul lainnya.
Soedarso melambaikan tanganya pada Budi, mengajaknya ikut bermain. Wah, sudah lama juga aku tidak bermain sepak bola batin Budi. Ia lalu meletakkan tasnya di pinggir lapangan dan berlari menghampiri Soedarso yang mulai mengoper bola. Budi terlihat begitu asik bermain bola, mereka semua tertawa gembira, larut dalam kebahagiaan.
Budi berusaha merebut bola dari Sundoro, salah satu murid dikelasnya yang juga ikut dalam permainan. Kakinya menghantam keras kaki Sundoro. Sundoro jatuh tersungkur ketanah. Budi panik ketakutan, ia kemudian menghampiri Sundoro yang berusaha bangkit.
"Kamu tak apa nak?". Tanya Budi khawatir.
"Lho kok tanya saya? "Bapak sendiri apa tidak sakit?". ucap Sundoro
Budi menatap Sundoro heran. Namun seketika itu juga, Budi merasakan nyeri dikakinya. Sakit sekali!. Budi sampai membungkuk memegang kakinya. Ia berusaha menahan jerit kesakitannya. Soedarso dan anak-anak lain kemudian mendekati mereka dan menertawai. Budi pun ikut tertawa sambil meringis kesakitan. Tiba-tiba kepala sekolah datang menghampiri.
"Sundoro! Lancang kamu! " Bentaknya
"S-Sudah pak... Tidak apa, namanya juga anak-anak..". ucap Budi lembut, sambil berusaha berdiri meski kakinya terpincang-pincang. Sundoro dan anak-anak lainya tertunduk takut setelah dibentak oleh kepala sekolah.
"Pak Budi sebaiknya langsung pulang saja, sudah sore... Anak-anak memang biasa bermain bola hingga menjelang petang."