Pagi itu di dalam gedung dinas pendidikan kota, seorang laki-laki, yang mengaku Kepala sekolah SD Bakti Langit, datang lalu memarahi pegawai dinas disana. Ia protes karena sudah dua hari, guru matematika yang dijanjikan oleh dinas akan dikirim ke sekolahanya, tidak kunjung datang. Pegawai dinas pun kaget dan kebingungan, karena ia merasa telah mengirimkan guru matematika tiga hari yang lalu. Pegawai dinas itu lalu berusaha mengubungi guru matematika itu, Tentu saja, handphonenya tidak aktif. Kepala sekolah itu keheranan dengan jawaban Pegawai dinas, Ia masih tidak puas. Lalu, pegawai dinas menunjukkan foto beserta Curiculum Vitae guru yang mereka kirim. Pegawai dinas itu kemudian menjanjikan akan mengirim guru lain dalam selang waktu seminggu. Kepala sekolah itu lalu meninggalkan gedung dinas pendidikan kota, pulang kembali ke sekolahanya dengan kecewa, dan hanya membawa foto seorang guru yang harusnya datang kesekolahanya dua hari yang lalu.
Sesampainya Kepala sekolah itu di sekolah, di ruangannya sudah menunggu seorang kepala desa dan seorang anak perempuan. Kepala desa tersebut hendak mendaftarkan anak perempuan itu unuk bersekolah disini. Kepala sekolah lalu menyambutnya, dan meminta persyaratan mendaftar seperti kartu keluarga dan sebagainya. Kepala desa itu bingung, karena ia merasa sudah menitipkan kartu keluarga milik anak ini kepada seorang guru matematika sekolah ini, yang bernama Budi. Kepala sekolah itu ikut bingung, tidak ada guru yang bernama Budi disini, bahkan mereka tidak memiliki guru matematika saat ini.
Mereka semua diliputi kebingungan, setelah berfikir sejenak, Kepala sekolah itu lalu menunjukkan foto, yang ia dapat dari Pegawai dinas, pada Kepala desa. Kepala desa itu kaget, dan membenarkan orang di foto itu adalah Budi yang ia maksud. Kepala desa lalu menanyakan kepadannya apakah ia mengenali anak perempuan yang dibawanya tersebut. Tentu Kepala sekolah menggelengkan kepala, ia baru bertemu anak itu hari ini. Kepala desa makin heran, karena ia yakin bahwa anak ini sering mengikuti pelajaran disini meski bukan murid, kurang lebihnya begitu yang dikatakan Budi padanya, Tetapi tidak ada satupun guru disekolahan ini yang mengenali anak perempuan itu.
Mendengar pembicaraan panjang dua orang yang kebingungan tersebut, anak perempuan itu kemudian menangis. Ia merengek kemudian menarik tangan Pak Kades, mengajaknya pergi.