Bel pulang berbunyi, bertepatan dengan Alesha yang menjawab pertanyaan terakhir di lembar jawaban ujian Bahasa Jermannya, setelah itu satu persatu siswa mulai mengumpulkan lembar jawaban pada guru pengawas.
"Le langsung ke Ruang Osis gak ?" Tanya Biru setelah mengumpulkan lembar jawabannya.
"Kantin dulu lah ya, tadi pagi gue lupa gak sarapan hehehe," Jawab Alesha sambil merapihkan tasnya kemudian menyampirkannya di pundak kanan.
"Oke traktir kalo gitu," Biru merangkul Alesha dan membawanya berjalan menuju Kantin sambil menampakan senyum usilnya, sedangkan Alesha berusaha melepas rangkulan Biru.
"Dih kagak, lo bayar sendiri," Ucap Alesha begitu berhasil lepas dari rangkulan Biru.
"Yah kok gitu, yaudah gue gak ma---"
"Dadah Biru," Alesha melambaikan tangannya dan meninggalkan Biru yang tadi berniat membatalkan niat Alesha pergi ke Kantin dengan berhenti berjalan.
"Ale !" Teriak Biru sambil mengejar Alesha yang sudah lumayan jauh.
Pada akhirnya Biru mengalah dan ikut Alesha sarapan---atau lebih tepatnya makan siang karena sekarang sudah mendekati waktu dzuhur.
Tak perlu waktu lama dua porsi nasi ayam geprek sudah tersaji di atas meja.
"Bentar Le!" Pekik Biru sambil menahan tangan Alesha yang akan mulai makan.
Biru kemudian mencicipi sedikit sambal geprek milik Alesha lalu mengangguk, "Sip aman."
Alesha tidak bisa memakan makanan pedas, ini sudah seperti kebiasaan bagi Biru untuk memastikan makanan apapun yang akan dimakan Alesha aman. Tentunya Alesha sangat berterimakasih dengan itu.
"Duh jadi makin sayang," Gurau Alesha sambil memotong ayamnya, Biru terkekeh kemudian mulai makan.
"Iya say---"
Brak.
"Hayo keciduk !" Teriak Audy sambil menunjuk Alesha dan Biru dengan tidak santai.
"Uhuk !" Alesha sampai tersedak saking terkejutnya dengan kemunculan Audy yang tiba-tiba.
"Minum Le," Biru dengan panik menyodorkan segelas teh hangat pada Alesha. Namun, baru saja Alesha menempelkan gelas ke bibirnya ia segera menjauhkan gelas dan menaruhnya di meja.
"Huhu uhuk...panas Biru !" Pekik Alesha sambil mengusap bibir bagian bawahnya, sedangkan Biru sekarang pergi untuk mencari air yang suhunya lebih netral.
"Duh tuan dan nyonya Timur mesra banget, jadi iri," Ucap Raina yang baru saja tiba.
"Iya saking irinya tadi gue kagetin biar rame," Audy mengangguk sambil tersenyum usil.
Plak.
"Dy, sumpah akhlak lo kemana sih ?" Alesha memukul lengan Audy yang berdiri di sampingnya.
"Akhlak gue lagi dipinjem sama Jihan," Jawab Audy santai.
"Kalian kapan jadiannya sih ? Gemes gue liat kalian gini mulu, Le udahlah sama Biru aja gak usah sama kak Chandra," Raina mencubit pipi Alesha dengan gemas, Biru yang baru kembali dengan segelas air ditangannya meringis sambil mengusap pipinya sendiri.
"Ih sakit Na," Alesha berusaha melepas cubitan Raina dari pipinya.
"Nanti jadian kalo rambut pak Bobi gondrong," Jawab Biru sambil melanjutkan makannya.
"Iya nanti kalo pak Indro gak ada kumisnya," Tambah Alesha yang langsung membuat Biru tertawa dan mengajaknya melakukan tos.
Terlalu lama bersama membuat Alesha dan Biru sangat dekat.
Tapi omong-omong dua hal yang mereka sebutkan termasuk dalam kategori nyaris mustahil, hanya 'nyaris' jadi takdir tidak menjamin hal tersebut tidak akan terjadi.
---