Berbeda dengan tanah kelahirannya yang setiap pagi terasa terik dengan aroma udara tercampur asap kendaraan. Dalam suasana yang teramat sejuk ini, Fattah melangkahkan kaki untuk kali pertamanya di SMA Sabilul Huda Kabupaten Bandung. Tempat tersebutlah yang akan dijadikan sebagai ladang menuntut ilmu oleh pemuda yang baru saja keluar dari sekolah swasta Cakrawala Kota Jakarta.
Pagi ini guru mengenalkan Fattah pada murid kelas XI-IPA-3, bahwa siswa pindahan dari SMA Cakrwala ini telah resmi menjadi bagian dari SMA Sabilul Huda serta kelas tersebut.
"Hai, kenalin, gue Muhammad Fattah Zakariya. Kalian bisa panggil gue Fattah!" ungkap Fattah.
Salah satu siswa mengangkat tangannya. "Pindah karena nakal, ya?" celetuk Reza.
Pemuda yang duduk di belakang siswa yang mengangkat tangan itu pun memukul kepalanya dengan bolpoin.
"Heh, atuh anu1 sopan dikit sama murid baru, teh! AI SIA!!2" ujar Sahid.
"Maneh oge teu sopan, ngomong sia ka urang!3 Dasar boloho!4" balas Reza.
"Udah! Sahid, Reza Jangan ribut di kelas," ujar sang guru. "Fattah, silakan duduk di dekat Sahid. Sementara guru mata pelajaran belum datang, kalian jangan ribut!" imbuh guru tersebut dan berlalu meninggalkan kelas.
Fattah berjalan dengan gayanya yang tengil, orang bilang sok cool. Ia pun mengulurkan tangannya pada Sahid.
"Hai, gue Fattah! Salam kenal, ya, Sahid!"
Dengan senang hati, Sahid membalas uluran tangan Fattah. "Salam kenal juga Fattah. Wilujeung sumping5 di SMA Sabilul Huda. Semoga betah, ya," ungkap Sahid.
"Apa? Wilujeng sumping?" Fattah merasa heran.
Dari depan bangku Fattah dan Sahid, Reza mengulurkan tangannya. "Artinya selamat datang di SMA Sabilul Huda. Hai kenalin, gua Reza!"
Sahid mengerutkan dahinya. "Sejak kapan maneh teh ngomong pakai gua-gua, gitu?"
"Sejak ada Fattah! Kenapa, lo? Nggak suka?" ucap Reza.
"Hih, aneh. Sok gaul! Tiap hari dahar jeung asin ge!"6 ujar Sahid.
Fattah memperhatikan perdebatan Reza dan Sahid.
"Gua serius nanya, Fattah! Lo itu pindah kenapa? Karena nakal, ya? Kan, biasanya orang pindah itu karena nakal," ujar Reza.
Fattah tersenyum sinis, matanya menatap tajam dan wajahnya mendekati Reza. "Gue pindah karena nyaris ngebunuh orang! Sekarang, orangnya lagi koma di rumah sakit! Makanya, gue dikeluarin dari sekolah," ujarnya dengan nada rendah dan sedikit menegangkan.
Reza mengernyit ketakutan. "Kamu serius Fattah?"
"Ai maneh! Naha7 jadi orang, teh, teu8 konsisten? Tadi pakai gua-elo, sekarang aku-kamu lagi!" ungkap Sahid.
"Kumaha aing wehlah!9 Suka-suka!" balas Reza.
"Emang, beneran, Fattah. Kamu teh pindah karena mau ngebunuh orang?" tanya Sahid.
"Hehe, enggak, kok. Gue nggak niat mau bunuh dia. Kita berantem, mungkin karena pukulannya terlalu keras, dia kebentur dan kepalanya kena kaca sampai perdarahan," tutur Fattah.
Fattah melanjutkan ceritanya seraya menunggu guru mata pelajaran memasuki kelas. Ia berbagi kisah tentang kronologis kejadiannya bisa sampai pindah ke SMA Sabilul Huda, dengan tetap menyembunyikan identitas dirinya sebagai anak pemilik yayasan.
Di tengah obrolan mereka bertiga, datang seorang guru dengan tiga orang murid, satu seorang pemuda berpenampilan rapi dan sedikit culun, satu lagi seorang siswi berparas cantik dan penampilan modis dengan kerudung putih yang menutupi dada. Satu siswi lainnya pun terlihat begitu anggun dengan kerudung panjang menutupi pergelangan tangannya serta wajah yang tak kalah menawan dari gadis di sampingnya.
Guru yang baru saja sampai di kelas tersebut menginstruksikan pada siswa kelas XI-IPA-3 untuk tenang dan memperhatikan apa yang akan disampaikan. Karena guru mata pelajaran tidak hadir, maka akan digantikan dengan orasi visi-misi calon Ketua OSIS yang akan disampaikan oleh ketiga siswa yang baru saja datang tersebut.