Aku menyeret koper kabin menuju eskalator naik. Sayup-sayup, kudengar lagu Lifehouse dari pelantang yang tersebar di seluruh sudut Bandara Juanda. Tanpa sadar, aku ikut menyenandungkan liriknya di kepala seraya mengetuk-ngetukkan jari di pegangan koper. Kurasa, itu membantu mengenyahkan kegugupan yang sedari tadi menggigit.
Akhirnya, pikirku. Selangkah lagi menuju cita-cita.
Aku kembali melirik boarding pass di tangan untuk memastikan arahku sudah benar. Sebenarnya, aku tidak perlu melakukannya karena sedari tadi kepalaku mengingatkan kalau aku harus berjalan ke Gate 8. Namun, aku terlalu gugup. Bagaimana kalau aku menunggu di gate yang salah dan ketinggalan pesawat? Bagaimana kalau aku salah naik pesawat dan malah tiba di antah-berantah? Tentu saja itu tidak mungkin, aku pun tahu.
Kususuri koridor lantai 2 seraya menghitung nomor gate yang kulewati. Pelantang kini memperdengarkan lagu lain, persis ketika aku sampai di gate yang kucari. Aku mendorong koper dan mengangkatnya ke meja untuk pemeriksaan.