Sekosong Jiwa Kadaver

Falcon Publishing
Chapter #9

Bab 8

Aku terbangun dengan kebingungan. Kuamati kamar tempatku tidur sambil bertanya-tanya di manakah gerangan aku berada. Kamar itu luasnya dua kali luas kamarku, dengan tembok berwarna hijau muda dan kamar mandi dalam. Butuh waktu beberapa menit sampai akhirnya aku ingat bahwa aku sedang berada di rumah Pak Haji.

Tadi malam, Pak Haji menjemputku di Bandara Ngurah Rai. Meski sudah beberapa kali berbicara dengan Pak Haji di telepon, tapi aku belum pernah bertemu dengan beliau sebelumnya. Berbekal foto Pak Haji yang pernah ditunjukkan Ayah, aku bisa dengan mudah mengenalinya di pintu kedatangan.

Pak Haji dan istrinya menyapaku dengan ramah dan membantuku membawa koper ke mobil mereka. Dalam perjalanan menuju rumah Pak Haji, aku banyak sekali mendapatkan cerita dari mereka. Sesampainya di rumah, aku langsung dipersilahkan makan malam dan istirahat di kamar. Rupanya perbedaan waktu antara WIB di Jombang dengan WITA di Denpasar membuat waktu terasa lebih cepat larut. Jam di dinding menunjukkan pukul 23.00 ketika aku akhirnya merebahkan diri di kasur tadi malam.

Pak Haji dan Bu Haji menyapaku ramah saat aku turun dari lantai dua rumah mereka. Aku sudah rapi dengan rok panjang krem, kemeja merah dan jilbab senada sambil membawa ransel yang berisi semua berkas pendaftaran mahasiswa baru. Kulirik arlojiku, jam sudah menunjukkan pukul 06.50.

“Ning Rayya, monggo sarapan dulu. Hari ini rencananya mau ke mana?” tanya Bu Haji.

“Hari ini saya mau ke gedung rektorat, Bu. Mau menyerahkan beberapa berkas yang dikirim Pak Haji kemarin.”

“Baik, Ning. Saya akan antar Ning Rayya ke rektorat pagi ini. Setelah sarapan kita langsung berangkat,” sahut Pak Haji.

“Wah, tidak apa-apa, Pak Haji? Barangkali Pak Haji repot, biar saya nyetir mobil sendiri. Nanti tinggal dikasi petunjuk arahnya saja.” Aku tak ingin jadwal kerja Pak Haji terganggu karena harus mengantarkanku.

“Aduh, tidak repot, Ning. Saya sekalian mau antar Zian beli perlengkapan sekolah,” ujar Pak Haji. Zian adalah anak bungsu Pak Haji yang masih duduk di kelas 4 SD. Dua anaknya yang lain, kakak- kakak Zian, masih menuntut ilmu di pesantren milik keluargaku.

Lihat selengkapnya