Keluarga adalah rumah ternyaman untuk pulang. Rumah teraman yang bisa dijadikan tempat persembunyian. Memiliki lima saudara laki-laki adalah keberuntungan bagi Liyan. Meski tak beruntung memiliki orang tua yang lengkap. Namun, mempunyai lima kakak laki-laki harus disyukuri walaupun kepribadian mereka berbeda.
Pernah suatu hari Liyan bertengkar dengan salah satu kakak kembarnya karena masalah es krim rasa coklat mint. Affan yang benar-benar tak suka, bersikeras bahwa di kulkas tidak boleh ada satupun es krim dengan rasa coklat mint. Bagi laki-laki pemilik lesung pipi itu, es krim dengan rasa itu seperti memakan pasta gigi. Sebenarnya bukan hanya Affan yang tak suka. Eril, Eros, dan Dafi juga tidak menyukai rasa tersebut. Tetapi tiga pria itu menerima kesukaan adik perempuan mereka dan dengan senang hati selalu menyediakannya di kulkas. Bahkan anak sulung Everardo sengaja membeli satu kulkas mini khusus untuk Liyan.
Liyana Mayra Adalena, seorang gadis yang sebentar lagi berusia tujuh belas tahun. Tahun ini gadis itu akan menyelesaikan pendidikan di jenjang SMA. Liyan satu-satunya anak perempuan dalam keluarga Everardo. Sekaligus anak yang paling bungsu. Hal itu membuat gadis yang berpenampilan tomboy tersebut memiliki tahta tertinggi dan pemegang kekuasaan penuh atas kelima kakaknya.
Menjadi kesayangan tak lantas membuat Liyan bersikap layaknya gadis feminim manja seperti kebanyakan remaja seusianya. Gaya tomboy Liyan dipengaruhi oleh lima saudara laki-lakinya. Hal itu wajar, karena kelima pemuda itu tak pandai memberi contoh gaya berpakaian yang feminim. Seperti yang sering dibilang Affan, “Liyan kecil adalah peniru yang ulung. Jadi, pakailah baju yang baik.” Liyan memang lebih banyak meniru kelima kakaknya. Gaya berpakaian, kesukaan, cara bersikap bahkan sifat pun ditiru oleh remaja perempuan tersebut.
🌻
Bulan perlahan muncul dari balik awan abu-abu. Cantiknya lampu kota Jakarta di antara gelap malam, berhasil membuat siapa pun membisu ketika melihatnya. Suasana ramai bunyi kendaraan, juga menambah kesan bahwa ibu kota tidak pernah istirahat.
Liyan melempar pandangan ke luar jendela. Liburan sekolah tersisa tinggal tiga hari, tetapi seharian gadis yang berpakaian piyama tidur tersebut hanya berdiam diri di dalam rumah. Sedangkan enam manusia lain sibuk dengan urusan masing-masing.
Liyan beralih menatap dua kakak kembar pertamanya. Dua pria yang beda tinggi badan tersebut sedang berkutat dengan peralatan dapur. Sesibuk apa pun pekerjaan mereka di luar, memasak adalah hal mutlak yang tidak akan dilewati atau diganti dengan layanan pesan-antar makanan. Alasannya? Bukan karena tidak higienis. Eril tidak bisa makan sembarang karena memiliki riwayat alergi pada bawang putih. Sedangkan Eros alergi pada makanan seafood.
Liyan termenung. Ingatannya melayang jauh ke masa lalu. Gadis itu tahu, pasti berat bagi kedua kakak sulungnya. Eril dan Eros adalah pengganti sosok ayah dan ibu bagi adik-adiknya. Saat itu Liyan baru menginjak usia tiga belas tahun dan kedua anak sulung itu baru dua puluh satu tahun. Saat usia yang belum dianggap dewasa, dua pemuda itu harus menjadi orang tua bagi keempat adiknya. Masa muda tak bisa dinikmati. Tuntutan para petinggi perusahaan semakin menyudutkan keduanya agar secepatnya memimpin perusahaan besar warisan dari Ayah mereka.
Semua tiba-tiba berubah dalam sekejap setelah kepergian kedua orang tua mereka. Mereka dipaksa dewasa sebelum saatnya. Seketika dunia menjadi jahat dalam sudut pandang enam orang anak-anak yang seharusnya menikmati dunia remaja.
Liyan bersyukur karena kedua kakak pertamanya. Mereka menukar masa mudanya dengan merawat adik-adiknya. Liyan tersenyum manis mengingat perjuangan yang tak mampu dibalas dengan apa pun. Gadis itu hanya berjanji pada diri sendiri, dia tidak akan mempermalukan nama keluarga Everardo.
Pewaris tahta keluarga Everardo terdiri dari enam bersaudara. Anak pertama, Eril dan Eros. Anak kembar yang tidak identik. Wajah, sifat, bahkan kesukaannya juga berbeda. Tapi mereka sama-sama suka masak. Mereka berdua koki handal, Liyan banyak belajar memasak dari kakak kembar pertamanya dan mereka bertiga biasa dipanggil ‘trio dapur’ oleh saudara-saudaranya yang lain.
Affan datang menghampiri. “Ngelamun aja, ntar kesambet nona kunti lo,” pria bertubuh tinggi itu menjepit hidung Liyan dengan ibu jari dan jari telunjuk.
Liyan yang merasa terganggu hanya memanyunkan bibir. Liyan bangkit dari duduknya dan berjalan menuju meja makan. Ketiga kakaknya mulai menata lauk pauk yang berbeda di atas meja.
Kurang dua personil. Vildan masih sibuk di kantor dan selalu pulang pukul 20.00. Tidak kurang atau lebih. Laki-laki yang menjadi anak kembar kedua itu memang mempunyai keunikan tersendiri. Bagi Liyan, dibanding Eros, Vildan adalah satu-satunya kakak laki-laki yang cocok jadi pengganti ibu dibanding saudaranya yang lain.
Personil kedua yang kurang adalah Dafi. Pria random yang suka nongkrong tapi suka makanan rumahan. Dia akan pulang setelah Vildan sampai lebih dulu sekitar lima menit. Waktu kepulangan mereka berdua tak pernah berubah dan terus terjadi berulang-ulang. Liyan kadang heran dengan keunikan keluarganya.