Sekuntum Teratai Untuk Ibu

Dia Rahmawati
Chapter #3

Sengatan Siang Yang Menjerit #3

“ Waouh, capek banget. Jumi sudah terkunci semua mi jendeladi kelas?” tanya Gendis (mi , ji, pi, ki, mbe,to adalah kata imbuhan yang menjadi ciri khas dalam dialek suku Bugis maupun Makassar dan pada umumnya terpakai di kalanganpulau sulawesi

‘Kayaknya sudah,kenapa ko, adakah barangmu ketinggalan?” tanya balik Jumi.

“Tidak ada ji, siapa tahu ada teman yang lupa kunci jendela.” balas Gendis

“Woih Mira,coba cek dulu jendela dari samping terkunci semuami kah ?” tanya Jumi

“Aman ,aman ji terkunci semua mi.” balas Mira

“Oke kalau begitu, yuk..kita pulang!”balas Gendis sambilberjalan menuju pintu gerbang sekolah.

“Kalian…, tunggu kah juga!”teriak teman yang lainnya.

Sambil berjalan mereka pun saling berdiskusi…..

“Jadikah kalian semua pergi ke perpustakaan daerah?”tanyaGendis sambil menoleh ke arah teman-temannya.

“Kalau saya tidak, langsung ka pulang.” jawab Diana.

“Kalau Andi jadi ikut kah?”tanya balik Gendis

“Kalau saya ok ok ji, tidak tahu dengan teman cowok yang lainnya.’ balas Andi

“Anto, bagaimana dengan kamu?” tanya Saipul

“ Mau ji ka saya pergi ke  KONI ( Komite olahraga Nasional Indonesia) untuk berenang.” jawab Anto

“Kalau gitu yang cewek saja pergi ke perpustakaan daerah, siapasaja yang mau pergi?” tanya Gendis

“Saya juga mau ikut.”jawab Santi sambil mengangkat tangannya

“Saya juga ikut deh.”sambung Mira

“Kalau saya ok ok saja,”jawab Jumi

“Jadi kita berempat saja yang pergi, kalau gitu yuk berangkatsekarang juga.’ ucap Gendis

Mereka berempat pun berjalan menuju tepian jalan untukmenunggu mikrolet yang melintas.

“Dada...dada….teman teman , ketemu besok lagi di kelas.Jangan lupa ya…besok datang pagi yang gilirannya piket.” teriak Jumi ke arah temannya yang lainnya.

“Okey…sip,besok saya yang datang pagi jam 5 wkwkwwkwk.”jawab Andi sambil ketawa keras.

Tak berselang lama menunggu,mikrolet pun melintas di depanmereka.

“Wah….penuh i penumpang.” sahut Jumi

“Naik mi saja Nak, jarang nanti ada mobil karena ada berita mauikut demo juga mahasiswa Kendari, semua kampus ikut.”sahutPak Sopir.

Sambil masuk ke dalam mikrolet Gendis berkata “Saling berpangku ki saja, yang berat di bawah yang kecil di atas.”

“Iye,,,,ok ok saja.”balas Jumi.

    Suasana di dalam mikrolet pun penuh sesak. Para penumpang mayoritas adalah pelajar SMP Kendari. Mereka pun sudah saling kenal satu sama lainnya,jadi tidak ada rasa canggung di antara pelajar yang lain.. Sebagian pelajar ada yang duduk berpangku, ada juga yang duduk di bagian bawah sela sela antara kursi dan ada juga sebagian pelajar cowok berdiribergelantungan di pintu mikrolet.

    Di sepanjang  perjalanan Gendis melihat di sekeliling dan memperhatikan  suasana jalanan. Di dalam hatinya berguman. “Kenapa hari ini rasanya berbeda. Kemarin di jalanan masihterlihat berlalu-lalang kendaraan yang lewat. Hari ini hanya satudua, itu pun lama baru ada. Seperti suasana ketika mau lebaranajha..”

    Lamunan Gendis pun masih terasa hingga tak sadar bahwa mikrolet yang di tumpanginya bersama teman telah sampai di terminal dalam kota.

“Sampai….sampai…, wah tidak ada mobil sama sekali. Kosongki terminal cuma pasar yang kelihatan ramai.”kata salah satupelajar

“Iya, apa mungkin itu berita yang di televisi tadi malam katanyamau demo kakak mahasiswa di?” balas pelajar yang lainnya.

“Mungkin juga dan bisa jadi,mulai pagi tadi kurasa aneh juga suasanannya.” balas Gendis

Terdengar surara dari beberapa pelajar  di dalam mikrolet.

“Woih….yang dekat pintu turun mi, mau ki juga turun, panas ki panas .”

Lihat selengkapnya