Sekuntum Teratai Untuk Ibu

Dia Rahmawati
Chapter #7

Tangisan Musim Kemarau #7

Talhim adzan Ashar membangunkan Gendis dari tidur siangnya. Ditatap adiknya yang masih tertidur disampingnya. Samar terdengar suara panggilan dari luar. Gendis pun beranjak menuju pintu.

“ Assalamualaikum….!” terdengar suara dari balik pintu.

“ Waalaikum salam…, siapa?” jawab Gendis sambil membuka pintu.

“ Ibu ada di rumah dek?” tanya Kak Mita ( anak dari ketua RT).

“ Ibu lagi ke pasar Kak Mita, belum pulang.” jawab Gendis penuh tanda tanya.

“ Nanti kalau ibu udah datang, tolong disampaikan kalau tadi pagi ada terlepon dari Jawa ya?” tanya Kak Mita.

“ Iya Kak, nanti saya sampaikan ke ibu.” balas Gendis.

“ Kalau gitu kakak pamit dulu , assalamualikum.” balas Kak Mita.

“Waalaikum salam .” balas kembali Gendis.

       Dibangunkanya adiknya lalu bergegas untuk mandi. Di surau sholat Ashar pun selesai, waktunya anak-anak di sekitar kompleks rumah untuk pergi mengaji.  Suasana di dalam surau pun sangant ramai lagi tidak seperti kemarin. Hari ini surau di penuhi oleh lantunan suara ngaji. Terbagi  3 kelompok pengajian, kelompok 1 untuk kalangan Iqro, kelompok 2 untuk kalangan Jus’ama dan yang terakhir kelompok 3 untuk kalangan tadarus Alquran. 

       Di sudut jendela surau terlihat pemandangan seperti semula, para ibu berkumpul dan berbincang, ada yang bawa makanan untuk dimakan bersama, ada juga yang buat minuman dan yang utama mencari kutu. Anak yang selesai membaca iqro bisa langsung keluar untuk bermain.

       Gendis yang telah selesai mengaji lalu berpamitan kepada Guru Mengaji. Ia lalu menuju keluar Surau. Di tunggu adiknya yang sedang bermain bersama teman sebayanya. Setelah adiknya puas bermain, Gendis pun mengajaknya pulang. Mereka berjalan bersama dan melewati depan rumah  tetangga yang pada nongkrong.

“ Nak Gendis, Ibu mu belum pulang dari pasar kah ?” tanya satu Ibu yang nongrong.

“ Belum tante.” balas Gendis.

“ Kok lama banget di pasar, emang gerobaknya parah ya?” balas Ibu yang lainnya.

“ Iya tante, semua kaca gerobaknya pecah, dan dinding gerobak di bagian bawah  penyot.” balas lagi Gendis.

“ Jadi lama tu baru jualan?” tanyanya lagi.

“Ngak tahu juga tante. mari tante saya pulang dulu gak ada orang di rumah.” balas Gendis.

“Lah, paman mu jadi pulang ke Jawa kah ?” tanyanya lagi.

Langkah kaki Gendis seketika terhenti dan menoleh balik.

“ Nggak jadi, sekarang Pakde ku lagi bantu mama perbaiki gerobak di pasar. Rencananya kemarin mau pulang tapi gak jadi karena ada kejadian demo ,jadi di tunda seminggu lagi.” balas Gendis.

“ Alhamdulillah, untung masih ada Pakde mu di sini kalau tidak kasihan mama kamu, semenjak bapakmu pulang ke Jawa berobat mama kamu sendirian kerja padahal biasanya sama-sama.!” balas tetangga yang lainnya.

“Iya tante,terima kasih banyak doanya, permisi tante.” balas Gendis sambil berjalan menuju ke rumah.

“ Iya Nak sama-sama.” balas Ibu tersebut.

Gendis lalu brjalan bersama adiknya menuju rumah. setiba di rumah terdengar suara tukang bakso yang lewat.

“ Mas…, Mas..., baksonya!” teriak Gendis sambil memanggil merambaikan tangannya.

“ Baksonya Mas 2 mangkok, 1 mangkok pakai mie kasih Lombok dan yang satunya gak pakai mie gak pakai Lombok juga.” ucap Gendis.

“ Bungkus atau pakai mangkok?” tanya Mas penjual bakso.

“ Bentar Mas aku ambilkan mangkok di rumah.” jawab Gendis berlari masuk ke rumah.

“ Ini Mas mangkoknya!” ucap Gendis.

“ Bapak kamu belum balik dari Jawa kah ?” tanya mas penjual bakso.

“ Belum mas, masih di Jawa berobat.” balas Gendis.

“ Emang sakit apa bapak kamu ?”tanyanya lagi.

“Nggak tahu juga Mas, katanya sih ada benjolan  besar sebesar bola kasti dekat lehernya pas di bawah telingah.” balas Gendis lagi.

“ Oh walah…,moga cepat sembuh. Ini baksonya mau kasih kecap ngak?” tanya Mas penjual bakso.

“ Nggak usah Mas, ada kecap di rumah. Berapa semuanya?” tanya Gendis.

“Seribu lima ratus rupiah dua mangkok.” balas Mas penjual bakso.

Gendis merogeh uang di saku celananya.

“ Ini Mas uangnya, uang pas. Kirain uda naik lagi?” tanya gendis

“Nggak dik, aku cuma ambil untung dikit yang penting lancar dan berkah, terima kasih .” balas Mas penjual bakso.

“Sama-sama !” balas Gendis.

       Gendis pun berjalan menuju ke dalam rumah dengan membawa 2 mangkok bakso. Di letakkannya di depan tv dan disiapkan beserta minumannya.

“ Rudi…, sini dik. Mbak beli bakso, yuk makan !” teriak Gendis memanggil adiknya yang ada di kamar ibu.

“ maem bakco….horee… bakco..!” teriak adiknya yang berumur 4 tahun setengah.

“ Duduk sini sama mbak, ini punya Rudi gak pakai sambel, nah yang ini punya mbak pakai sambel.” ucap gendis

“ Enak to…? kasih habis ya…?’ tanya Gendis.

“ I  ya  m bak Ndis!” jawab sang adik.

Lihat selengkapnya