Untuk pertama kalinya Aku mengenal minuman haram yang bermacam-macam jenisnya. Freya sudah mabuk berat di depan bar, tak tahu lagi Aku harus berbuat apa. Beberapa kali Freya memaksaku minum, tapi aku menolak karena Aku masih asing dengan barang haram itu.
"Bodoh! Aku tau kamu tertekan, kamu menderita, kamu melarikan diri dari rumah! haha, kita itu sama. Kita cuma jadi alat buat mereka para bedebah. Mereka manfaatin kita, haha- dan kita menuruti kemauan mereka. Aku harap mereka semua lenyap dari muka bumi ini!" Freya mengumpat sambil mabuk.
"Freya, kita pulang aja ya."
"Ssst, kamu bukan anak manja. Rumahmu sekarang disini, oke!"
Aku rasa Freya sudah sangat sering datang ke tempat ini. Melihat keadaannya seperti itu, gusar rasanya. Tiba-tiba lamunan panjangku tercipta dan terngiang ucapan Freya. Aku rasa ucapannya benar, selama ini Aku hanya dimanfaatkan oleh ayah yang selalu menekanku. Bayang masa sekolahku menghampiri sel-sel otakku, menjalar semakin dalam. Perlakukan kasar ayah dan pertengkaran setiap hari, kepalaku ingin meledak, dadaku sesak. Tanpa sadar tanganku meraih segelas sampanye yang sudah disiapkan oleh barista dan langsung meminumnya dengan cepat.
"Pelan-pelan cantik, kau bisa tersedak." Seorang pria muncul secara misterius. Sekejap kumenatapnya, lalu kembali memperhatikan gelas di tanganku yang sudah kosong. Pada akhirnya Aku meminumnya juga, semakin kotorlah diriku.
"Hai, Aku Ezra? ... Oke Aku nggak diterima disini, Aku akan pergi, dah."
"Ya, enyahlah dari sini!" ucap Freya mabuk.
Kepalaku terasa pusing. Kurasa tak akan bertahan lama Aku disini. Aku membawa Freya pulang dengan sisa tenaga yang kumiliki.
"Argh, kamu berat banget sih," keluhku memapah Freya yang sudah hampir pingsan.