SELALU ADA RUANG UNTUK PULANG

Ifha Karima
Chapter #4

Frustasi

Semenjak malam itu Aku menjadi lebih aktif keluar malam. Berkumpul bersama teman-teman baruku dan bersenang-senang di club. Nyaman rasanya berada diantara orang yang yang menyayangiku.

"Khansa, malam ini nggak sama freya?" tanya Ezra menghampiriku dan duduk tepat di sampingku.

"Iya, Aku lagi pengen sendiri aja."

"Kalian nggak lagi marahan kan?"

"Ya enggak lah ... kita juga punya jalan masing-masing yang harus ditempuh."

"Em, berarti masalah itu ada dalam dirimu sendiri?"

"Ya." Aku menghela nafas yang sesak.

"Mau?" Ezra menyodorkan sebatang rokok kepadaku.

"Aku belum pernah. Aku nggak bisa."

"Oke, buat Aku aja."

Aku duduk lama bersama Ezra membicarakan hal-hal yang absurd. Otakku tak menginginkan hal yang berbeda, pikiran-pikiran buruk itu Aku tak mau memikirkannya dan entah kenapa bersama Ezra seolah dia bisa memposisikan dirinya dengan benar di hadapanku. Aku nyaman berada disampingnya, tapi harapan kecil untuk berubah itu masih ada dan terus mendesakku seolah berkata, "Tempatmu bukan disini!"

Aku merasa frustasi. Di satu sisi ingin sekali rasanya menjadi wanita baik-baik dengan segala kehangatan islam, tapi di sisi lain justru merekalah yang menerimaku apa adanya sekarang. Sejak bertemu dengan Freya, seolah Aku memiliki keluarga baru.

"Aku harus bagaimana?" Dadaku sesak meratapi takdir yang terhenti di persimpangan ini entah sampai kapan.

•••••

Pagi hari di kampus Aku seperti orang kebingungan dan canggung bertemu orang-orang di kampus. Tidak sedikit orang yang tahu masa laluku dan seperti apa keadaanku sekarang. Seorang mahasiswi yang rajin keluar malam ke ruang penuh gemerlap lampu disko. Nyaris semua teman-temanku mengetahuinya, hanya saja mereka tak banyak menyinggung di depanku.

Tak seperti biasanya yang berjalan penuh percaya diri, kali ini Aku agak canggung. Aku ingin mencoba membuka diri dengan orang lain yang seakidah denganku. Pikirku mereka pasti bisa menerimaku karena Aku pernah mendengar bahwa islam adalah agama kedamaian, karenanya hari ini Aku memberanikan diri untuk bergaul dengan mereka. Aku merasa gugup merapikan pakaianku di depan cermin kamar mandi. Saat kurasa seluruh keberanianku sudah terkumpul, Aku pergi menuju ke kelas yang sebentar lagi akan dimulai, tapi langkahku tiba-tiba terhenti.

Lihat selengkapnya