Pukul 08.00 pagi.
Matahari sudah naik lebih tinggi, cahayanya kini berwarna putih dan hangat. Namun suasana hatiku tidaklah menyenangkan. Aku bangun terlambat, kantukku belum juga hilang. Wajahku bersungut-sungut, enggan rasanya untuk beranjak dari tempat tidur. Namun kupaksakan diri untuk berdiri, bersiap-siap berangkat menuju tempat yang tidak niat aku kunjungi.
Setelah mandi singkat, kugunakan baju kemeja garis-garis cokelat dan celana kain hitam bekas bekerja di Jasa Marga dulu. Aku tidak punya celana kain yang lain. Seperti pemuda kebanyakan, celana panjang yang kumiliki rata-rata berjenis jeans. Sampai saat ini menggunakan celana panjang berbahan kain membuatku merasa tidak nyaman. Karakterku memang sangat tidak cocok dengan gaya orang kantoran. Aku tidak suka yang terlalu formil, sangat kaku. Aku lebih suka bercelana jeans dan kaos yang lebih santai. Sudah jelas aku tidak diciptakan untuk menjadi pegawai kantoran, semua hal yang ada dalam diriku sepertinya tidak cocok untuk lingkungan kerja yang formil seperti ini.
Pukul 08.30 barulah aku berangkat dari rumah. Butuh waktu 30 menit mengendarai motor untuk sampai ke sekolah yang Bapak maksud. Aku mengendarai motor bebek Suzuki Smash warna biru pemberian Bapak.
Lokasi sekolah berada di tengah-tengah Kota Cimahi. Sebuah kota kecil yang dahulu merupakan bagian dari Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Namun kini telah menjadi kota otonom sejak sebelas tahun yang lalu.
Kota ini hanya terdiri dari tiga kecamatan dan terbagi dalam lima belas kelurahan. Nama Cimahi berasal dari Bahasa Sunda yang berarti “Air yang cukup”. Kota kecil ini juga memiliki julukan “Kota Tentara” dikarenakan terdapat pusat-pusat pendidikan TNI dan markas-markas militer yang sebagian besar berdiri di wilayah-wilayah utama Kota Cimahi.
Meski wilayahnya kecil, kota ini memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi. Perekonomiannya ditopang oleh sektor industri. Pabrik-pabrik pengolahan tekstil dan pangan menjadi penyerap angkatan kerja terbanyak.
Kota Cimahi merupakan jalur utama menuju jantung Kota Bandung yang hanya berjarak setengah jam perjalanan. Maka tidak heran jika jalanannya sibuk setiap hari. Kemacetan sulit dihindari pada jam-jam masuk dan pulang kerja. Bisa dibilang Kota Cimahi merupakan daerah perkotaan yang sudah maju seperti halnya Kota Bandung, Surabaya, atau Semarang.
*****
Tiga puluh menit telah berlalu. Dari jalan raya yang besar dan padat kendaraan aku berbelok ke kiri, masuk ke dalam sebuah gang kecil berukuran lebar dua meter. Aku mengendarai motor perlahan-lahan sambil melihat ke kiri dan ke kanan, cukup keheranan karena sekolah biasanya berada di wilayah yang luas. Namun aku kini berada di dalam gang kecil yang padat rumah-rumah penduduk.