Selamanya

zaky irsyad
Chapter #22

Panggung Rahasia

Di minggu kedua aku mulai mempromosikan pertunjukan The Miftah Show lewat buletin yang kami terbitkan di sekolah-sekolah lain. Aku juga meminta bantuan para guru madrasah untuk mempromosikannya, sehingga pengunjung yang datang bisa memenuhi ruang pertunjukan.

Pertunjukan seni ini akan digelar pada tanggal 23 Oktober 2013, tepat di hari senin.

Dua hari sebelum hari H, aku dan Samsul mulai memikirkan desain panggung pertunjukan. Kami akan membuat panggung tetaer di dalam ruang serba guna yang biasa dipakai sebagai mushola.

Ruangan ini cukup luas dan panjang. Dengan sebuah panggung di depan, ruangan masih mampu menampung seratus orang. Ditambah dukungan sound sistem mumpuni yang dilengkapi dengan sebuah mixer milik yayasan, ruangan ini akan benar-benar tampak seperti gedung pertunjukan teater yang sebenarnya.

“Nah, di sini nanti kita susun meja-meja belajar anak-anak Brad," ungkap Samsul mulai memberikan gambaran. "Meja-mejanya dirapatkan supaya jadi panggung yang kuat, kita ikat aja kaki-kaki mejanya dengan tali rapia, insyaAllah tidak akan goyang.”

Kami berdua berdiri di depan ruangan. Aku sendiri masih sulit membayangkan karena belum pernah melihat panggung teater sebelumnya.

“Terus nanti kita pasang kain hitam menutupi panggungnya,” ujar Samsul melanjutkan. “Bagian belakang juga kita tutup dengan kain hitam sampai ke atas. Sama bagian jendela-jendela ini Brad, semuanya ditutupi kain hitam. Jadi pencahayaan hanya dari lampu sorot yang kita pasang di atas panggung.”

 Aku antara takjub dan bingung, karena masih belum bisa membayangkannya. Namun kuangguk-anggukan kepala tanda setuju agar Samsul tidak perlu berusaha lebih keras untuk menjelaskan.

Lihat selengkapnya