Jum’at, 27 Juli 1962
Stadium Volley Ball di Jakarta
Pukul 09.30 WIB
Hari jum’at pagi ini merupakan hari pertandingan bola voli putri final tingkat SMA se-Jakarta. Pertandingan digelar pada sebuah stadium bola voli di wilayah timur Kota Jakarta. Stadiumnya punya tribun penonton, bisa muat lebih dari dua ratus orang penonton. Karena sekarang final, penontonnya cukup banyak. Di antara para penonton, teman-teman Arini ikut hadir berikan dukungannya.
Dari semua cabang olahraga di sekolah, Arini memang paling jago main voli. Dia teramat mahir di olahraga ini, kejuaraan SMA sekarang adalah kali ketiga Arini bawa sekolahnya ke partai final SMA se-Jakarta. Banyak orang bilang sekolah Arini adalah yang terkuat. Barangkali mereka tidak salah. Lawan Arini sekarang dari sebuah SMA negeri lainnya di Jakarta pun tampak keder lawan mereka.
Mereka tampak takjub lihat latihan timnya Arini sebelum pertandingan. Namun demikian si gadis cantik sendiri tampak kurang perhatikan bagaimana lawannya perhatikan timnya. Yang si gadis utamakan adalah timnya sendiri. Di dalam tim voli sekolahnya, Arini selalu dikasih posisi tosser2, tukang umpan bola. Dia memang cakap lihat posisi temannya dan bisa baca permainan. Tahu dia mana teman yang kuat pukulan smashnya. Tahu siapa yang bisa pukul quick smash3. Selain itu, Arini cermat lihat celah di tim lawan. Dari enam orang pasti ada saja yang kurang kuat. Arini bisa baca itu dan manfaatkan sebaik-baiknya buat beri keunggulan bagi timnya.
Kini Arini dan kawan-kawan tengah berdiri bersiap sebelum pertandingan resmi dimulai, mereka tunggu wasit tiupkan peluitnya. Timnya si gadis cantik ditandingkan dengan tim lawan yang secara fisik lebih tinggi dari mereka. Tim Arini kebanyakan tidak terlalu tinggi dari segi postur. Barangkali hanya Arini yang postur tubuhnya 170 cm, karena dia memang keturunan londo. Lima orang temannya yang lain paling pendek tingginya 164 cm, Halimah.
Namun demikian untuk atasi keunggulan tinggi badan tim lawan di kejuaraan SMA, Arini sengaja siapkan siasat. Karena dia adalah seorang tosser sekaligus kapten tim, Arini harus bisa kasih solusi. Sebab seorang tosser di voli ibarat panglima perang yang akan tentukan menang atau kalah timnya.
Untuk itu Arini atur sedemikian rupa strategi agar tim sekolahnya bisa menang. Kebetulan di sekitar lapangan, bendera merah putih sudah banyak berkibar. Rupanya sudah mau peringatan hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke tujuh belas. Pemerintah sudah sebarkan himbauan untuk pasang bendera merah putih sejak pertengahan bulan Juli kepada seluruh anggota masyarakat. Hasilnya di lapangan bola voli tempat pertandingan final dilaksanakan penuh bendera merah putih. Masyarakat pasang bendera berjejer kecil-kecil di sekitar stadium, juga pasang umbul-umbul bendera merah putih ukuran sedang pada bambu-bambu panjang.
Lihat penempatan bendera di sekitar stadium buat Arini dapat insipirasi atur strategi. Dapat ide dia. Pagi ini teman satu timnya adalah lima orang terbaik di sekolahnya, ada Siti yang rambutnya kuncir dua, Halimah yang punya tahi lalat di hidungnya, Maisaroh yang pakai topi merah, Dewa gadis dari Bali yang tubuhnya bagus bentuknya, dan Sumiati yang tubuhnya paling dekati Arini tingginya. Sebelum mulai pertandingan, Arini kumpulkan mereka untuk kasih arahan, “teman-teman, pertandingan sekarang beda dari final dua tahun berturut-turut yang sudah kita jalani, kini kita kalah tinggi sama mereka.”
Lima orang temannya dengar baik-baik arahan sang kapten. Arini lanjut, “tapi aku punya rencana, kalian berdiri rapat saja. Maksudku kalian berdiri di posisi masing-masing tapi rapatkan jarak. Kita maju sama-sama, mundur sama-sama. Nanti akan kuatur bola yang enak supaya kalian bisa pukul lewati net!”
Ini kalimat paling disukai sama teman-temannya. Janji bahwa Arini akan kasih bola enak buat mereka, dan kalimat tadi memang sungguhan. Arini berposisi pengumpan bola. Kerjaan dia dapatkan bola kedua, lantas umpan ke temannya yang dapat giliran pukulan ketiga buat pukul keras lewati pembatas net. Di sini selalu jadi kekuatan sekolahnya Arini kalau sudah main voli. Mereka kuat dalam serangan, sampai-sampai serangan mereka bikin keder setiap tim yang coba hadapi mereka.
Setelah Arini atur strategi bersama anggota timnya, wasit kemudian kasih aba-aba peluit panjang supaya pertandingan dimulai. Servis4 pertama di pertandingan ini dipegang tim lawan. Murid lawan bernama Rojanah ambil servis. Pakai bola atas dia. Pukulannya lambung tinggi lalu jatuh di garis belakang pertahanan timnya Arini. Yang terima bola tadi Dewa si gadis Bali. Ia cukup terlatih. Terima bola, Dewa pakai tenaga dua tangan buat terima jatuhan bola tepat di dekat kedua tangannya yang terjalin erat, lalu kirim bola tadi pada Arini. Arini si tosser lihat dulu posisi temannya sebelum bola datang. Di posisi depan ia lihat ada Halimah yang punya tahi lalat di hidungnya dan Maisaroh dengan topi merah. Seperti tadi sudah dia bilang, teman-temannya harus rapat berdirinya.
Ini penting karena mereka kalah tinggi. Arini perhitungkan itu. Saat bola di dekat tangannya, ia buka telapak tangannya lebar, lalu ia tukikkan bola seolah akan tertuju pada Halimah tapi rupanya langsung didorongnya ke lapangan lawan di depannya. Sontak saja bola lewati net dan tertuju ke sudut kosong lapangan lawan.
Tanpa berhasil dicegah, bola berhasil masuk. Tipuan Arini berhasil.
Pindah bola.
Belum dapat skor buat tim Arini tapi mereka dapat jatah gantian pegang servis. Tadi sebuah permulaan yang cerdik. Rupanya tadi ketika bola diservis dan diambil sama temannya, Dewa, Arini tak hanya lihat posisi temannya Halimah atau Maisaroh. Dia juga lihat posisi lawannya, dilihatnya ada satu posisi kosong tepat di belakang tiga orang yang ada di posisi blocking5 depan.
Posisi kosong tadi tercipta karena tim lawan pasti lihat rapatnya posisi berdiri tim Arini. Mereka duga bola akan cepat dipukul dan jatuh di lapangan depan. Mereka tak duga Arini akan tukikkan bola agar naik lebih jauh dan jatuh tepat di tengah lapangan pada pukulan kedua. Dengan begitu, baru permulaan saja sudah tertipu mereka.
Lantas selanjutnya, kini servis berada di timnya Arini. Temannya dari Bali, Dewa, yang ambil servis. Arini si tosser berdiri di tengah. Dua tangannya ada di belakang pinggul supaya tidak terlihat oleh tim lawan. Arini nilai posisi lawan. Ia lihat posisi terlemahnya. Dapat. Arini nilai pemain di samping Rojanah adalah pemain yang cukup lemah. Nama lawannya itu Kamila. Arini kenal dia. Pernah main lawan dia di kejuaraan tingkat kampung. Arini nilai kalau dikasih servis keras, kurang baik Kamila kembalikan bola, bisa tanggung nantinya. Jadi Arini beri kode pakai jari tangan angka dua. Lalu angka dua lagi.