Selamat datang, 62!

V.N.Lietha / Vica Lietha
Chapter #6

BAB 4. JAKA: SINAR HARAPAN

Sabtu, 4 Agustus 1962

Bioskop Metropole Megaria, Menteng, Jakarta

Pukul 17.00 WIB

*Gedung bioskop Metropole. Dok.koleksitempodoeloe.com

Jaka berdiri di depan gedung bioskop Metropole Megaria. Sebuah gedung bioskop megah, barangkali yang termegah di ibu kota. Bangunannya miliki corak arsitek modern yang tengah tenar di barat dengan ciri bangunan berbentuk kubus. Di dalam Metropole, ruang teaternya bisa tampung lebih dari 1500 orang buat sama-sama lihat tampilan cerita indah film terbaru. Jaka selalu terpukau lihat gedung kubus Metropole. Begitu megah baginya, tapi barangkali seumur hidupnya dapat saksikan film di Metropole hanyalah mimpi belaka.

Jaka tidak punya uang, paling dia hanya bisa dengarkan siaran radio saja. Kehadirannya di sini pun bukan ingin tonton film, namun hanya jualan koran sore “Sinar Harapan yang sebelumnya dia jual di kawasan Halim. Buat Jaka jualan koran sore semakin bertambah penting. Sebab bapaknya sudah bilang tidak sanggup bayar uang sekolahnya. Maka tidak ada lagi jalan dia dapat uang bila bukan dari jualan koran sore, hanya berjualan koran sore satu-satunya cara yang Jaka ketahui.

*Koran Sinar Harapan. Dok.rusdimathari.com

Kebetulan hari ini mendung. Sebentar lagi tampaknya akan turun hujan. Walaupun demikian di depan Metropole jalanan masih ramai. Satu dua motor vespa tampak keliaran dengan kecepatan sedang. Juga empat sampai lima sepeda ontel ditunggangi bapak dan ibu yang bersemangat. Di antara mereka mobil bermerek Pontiac, Morris, dan Borgward terlintas di jalanan begitu megah. Jaka kini sedang bawa tiga puluh eksemplar koran yang dilipat rapih di tangan kirinya. Tangan kanannya pegang selembar koran sambil paparkan kepada orang yang lewat di dekatnya tajuk berita hari ini. Jaka pegang koran tadi dalam posisi tegak dan dia teriak, “koran sore! koran sore! mari dibeli! besok Presiden Soekarno akan resmikan Hotel Indonesia! hotel bintang lima pertama di Indonesia! mari dibeli koran sorenya, Bapak! mari dibeli koran sorenya, Ibu!”  

*Halaman Metropole. Dok.m.kaskus.com

Di sekitar Jaka, orang-orang berjalan santai. Salah seorang bapak tertarik dengar judul berita yang dibaca Jaka. Bapak ini pakai kemeja dan celana dari kain belacu putih. Celananya licin dan sepatunya bertambah kilap kena cahaya sore. Dia tanya ke Jaka, “berapa, Nak?”

“Satu rupiah lima puluh sen, Pak,” jawab Jaka sambil tersenyum.

“Apa berita lain selain peresmian Hotel Indonesia?”

“Menteri Pekerjaan Umum, Ir. Soetami, bilang Jembatan Semanggi sudah jadi dan bisa dilintasi, Bapak.”

Terlihat kurang senang bapak ini dengar berita itu. “Habis-habisin uang saja itu Jembatan Semanggi!” katanya sambil bersungut.

Jaka tanggapi beliau. “Tapi bagus, Pak, bisa bantu nanti tamu yang mau berangkat ke Asian Games.”

“Hush! kau anak kecil tak tahu apa-apa!”

Jaka diam saja. Dia memang sadar diri. Pengetahuannya hanya cetek sekali, namun demikian tangan kanannya tetap pamerkan satu tajuk utama koran. Tangan kirinya terus angkut dua puluh lebih eksemplar koran yang sama.

“Berapa tadi satu korannya?” bapak itu tanya lagi.

Lihat selengkapnya