SELAMAT MALAM, KANIA

Rosi Ochiemuh
Chapter #3

BAB 2. SEBUAH PERMINTAAN

Kecantikan adalah anugerah Tuhan dan cobaan kepada hamba-Nya

***


Bandar Lampung, Maret 2012.

Pagi yang cerah di gedung SMPN 10. Hari yang sudah lama ditunggu Kania setelah melamar ke beberapa sekolah terbaik di kota Bandar Lampung, akhirnya satu panggilan kerja dari surat lamarannya diterima di SMPN 10. 

Kania bersemangat, berjalan percaya diri menuju ruang pimpinan untuk wawancara. Batinnya berharap dia diterima mengajar menjadi guru di sekolah ini. Satpam sekolah dan pengajar di sana mengira dia mahasiswi magang, karena pakaian kantoran yang dipakai. Terlihat anggun dan cantik.

"Permisi, Bapak. Selamat pagi, saya Kania Pujiati Akmal. Saya datang untuk memenuhi panggilan wawancara dari sekolah ini," sapa Kania setelah mengetuk pintu ruangan kepala sekolah yang terbuka. 

"Silakan masuk. Silakan duduk, "balas Pak Kepala Sekolah. Tersenyum lebar, lalu dia membenarkan sedikit peci hitam di kepala.

Kania langsung duduk dan siap untuk wawancara menjadi guru di sekolah itu. Kepala sekolah di depannya menatap sejenak, seolah takjub pada pemandangan indah di depannya. Hatinya terus bergumam, cantik benar perempuan ini. 

"Ada apa, Pak?" tegur Kania, sambil tersenyum.

"Oh, Ternyata di foto dan aslinya memang cantik. Anda sangat cantik. Andai saja saya belum menikah, eh, maksudnya apakah Anda sudah menikah?" tutur Pak Kepala Sekolah berbasa-basi yang tidak penting. 

Kania bersikap datar, sebenarnya dia risih mendengar gombalan kesekian dari laki-laki yang seumuran, sampai yang tua sekalipun. Namun, dia menginginkan pekerjaan ini. Supaya jelas masa depannya setelah satu tahun lulus dari wisuda. Benar-benar jadi guru.

"Maaf, Pak. Bagaimana sesi wawancaranya?" tegas Kania. 

Pak Kepala Sekolah jadi salah tingkah. Akhirnya memulai sesi wawancara pada calon guru di depannya.

Kania lulusan S1 sarjana pendidikan Bahasa Indonesia. Sebenarnya cita-cita mendalam Kania bukan guru. Dia ingin jadi artis, modeling, dan penyanyi. Namun, kakeknya berharap pada Kania menjadi guru. Beda dengan adiknya, Nando. Kakeknya membebaskan Nando agar jadi apa saja hanya karena adiknya itu anak laki-laki. Adiknya saat ini kuliah di jurusan tehnik mesin. 

Lihat selengkapnya