SELAMAT MALAM, KANIA

Rosi Ochiemuh
Chapter #11

BAB 10. PERSAMAAN

Kita tak sadar, kenangan apa yang paling membekas hingga membentuk kepribadian yang lain, lebih peka dari manusia biasa.


***


Desa K, April 2009.



Malam ini bisa dilalui Kurdi tanpa gangguan. Dia mencium gelang bangle di pergelangan tangannya. Berkat gelang itu, dia merasa tenang meski berkali-kali melihat penampakan makhluk gaib di desa itu. 

Kurdi terbayang sosok gaib yang seluruh tubuhnya hitam, gosong, hanya kedua mata yang bersinar lembut. Sepertinya makhluk itu tidak jahat, tapi seluruh tubuhnya hitam. Makhluk itu tampak murung seolah terkurung lama di sana. Lamunan pemuda itu makin hanyut, tapi ditepisnya ingatan sosok gaib di proyek pembangunan tadi.

Sambil rebahan di ranjang, dia mengambil dompet, dan mengeluarkan selembar foto yang terlipat. Foto dia waktu kecil bersama ibunya, dan dibuka lagi lipatan foto orang ketiga dalam foto. Laki-laki dewasa sedikit bungkuk yang berdiri di sebelahnya. Tanpa menyadarinya Kurdi meneteskan air mata, menatap laki-laki dewasa itu. 

Sampai sekarang, aku masih belum tahu siapa laki-laki di foto ini? Mengapa aku tidak mengingat dia? Tapi dia bukan bapakku, gumamnya mengambang. 

    

***


Adzan subuh berkumandang dari toa masjid besar. Suaranya sampai juga ke telinga Kurdi. Dia terbangun mengerjapkan mata, lalu meraih jam tangannya di atas meja sebelah tempat tidur. 

Pukul lima lewat lima menit. Kurdi bangun dari tempat tidur. Waktunya shalat Subuh. Dia masih setengah sadar, lalu keluar dari kamarnya dan berjalan menuju kamar mandi dan masuk ke sana. Setelah buang hajat dia keluar lagi untuk ambil wudhu. 

Masih sunyi, dikiranya bapaknya Ijah dan Ijah belum bangun. Kurdi menyalakan sumur mesin pompa, dia mengambil wudu sambil menunduk. Selesai itu dia menengadah untuk melangkah, dan terbelalak matanya, lalu pura-pura batuk. 

Lihat selengkapnya