Bandar Lampung, Maret 2012.
Keluarga Kania dan yang lain terkejut mendengar kabar buruk dari Desa K, rumah Juanda dimasuki maling, istrinya terluka senjata tajam.
"Paman, bagaimana Bibi? Sudah hubungi polisi setempat atau belum?" tanya Akmal khawatir.
"Iya, bagaimana kelanjutan kabar dari Anwar, Paman?" ujar Kalisah, cemas.
Juanda mencoba menenangkan diri. Dua pegawainya ikut mencemaskan keluarga Juanda.
"Apa sebaiknya kita pulang hari ini juga, Pak?" kata sopirnya memberi saran.
"Anwar bilang, ibunya dibawa ke puskesmas terdekat. Alhamdulillah, sudah diperban lukanya, sudah diperiksa dokter. Sepertinya memang saya harus pulang hari ini," jawab Juanda.
Nando menyimak obrolan itu. Dia prihatin juga, apalagi dengan nenek dan pamannya. Nando menatap kakeknya, yang tidak tenang.
Lain dengan Nando, Kania malah termenung. Pikirnya, jika kakeknya pulang hari ini apakah dia bisa langsung ikut atau menyusul nanti? Dia menatap wajah mamanya, papanya lalu ke kakeknya. Semuanya muram.
"Kakek yakin, mau pulang ke desa sekarang? Apakah tidak besok saja, bersama Kania?" tanya Kania.
Juanda tersadar, bahwa dia sudah berjanji pada Kania. Membawa Kania ke desa itu bersama dengannya. Sementara batin dan pikirannya tertuju pada Amidah yang terluka. Istrinya pasti kalut saat ini. Apalagi Amidah sering pakai perhiasan.
"Kania … jangan bilang begitu sama kakek. Beliau kena musibah. Kamu masih sempat bertanya begitu," timpal Kalisah, tidak suka ucapan putrinya. Akmal melirik Kalisah dan menenangkan istrinya itu supaya lebih tenang menanggapi Kania.