Selamat Pagi, Alen

Kavi M N
Chapter #8

Toko Kue

Aku tidak menyangka bahwa tempat yang dia pilih adalah toko manisan seperti kue, eksrim, dan semacamnya. Mungkin alasan dia memilih tempat ini adalah karena dia seorang perempuan. Yang aku tahu bahwa perempuan menyukai hal-hal yang manis. 

Toko ini memilih warna pokok yang disukai banyak perempuan yaitu warna merah muda. Dengan tokoh kartun yang digambar di dinding yang memiliki warna yang sama, dan cahaya semacam bola yang bewarna-warni, terlihat begitu anggun di penglihatanku ini. Singkat yang kukatakan adalah toko ini terlihat feminim sekali.

Tapi, jika dipikir-pikir apakah tempat ini khusus untuk seorang perempuan? Jika di film, seorang laki-laki pasti akan malu dan meminta untuk segera keluar dari sini. Namun, perjuangan laki-laki itu akan selalu gagal karena suatu alasan. Oleh sebab itu, aku tidak melakukan seperti yang ada di film. Lagipula, kesendirianku ini telah membantuku untuk menutup semua telinga dan mataku.

Setelah memesan makanan, kami pun bergegas untuk duduk di meja yang kosong.

“Aktingku sangat pintar ya? Kira-kira, aku sepadan dengan artis Hollywood kan?” katanya dengan memasang ekspresi sombong.

“Benar,” kataku, “Kau memang ‘pintar’ berbohong.”

“Berbohong?” tanyanya dengan ekspresi penuh tanda tanya. “Berbohong tentang apa?“

Masih bertanya? Bukankah semua yang kau katakan tadi itu adalah kebohongan? Jika kau tidak tahu dimana letak kebohonganmu, baiklah, aku akan memberitahukan salah satunya.

“Ulang tahunmu,” jawabku.

Meskipun aku mencoba untuk menguak kebohongannya, ekspresi yang dia berikan tidak berubah sedikitpun.

“Owh … kalau soal itu aku tidak berbohong.”

“…”

“Hari ini adalah hari ulang tahunku yang ke-17,”

“…”

Aku meragukan pernyataannya. Jika dia sedang berulang tahun, seharusnya dia sedang bersama teman-temannya sekarang. Dia sangat popular dan sangat baik. Tidak mungkin temannya tidak merayakan ulang tahunnya.

“Kamu tahu? Kata orang-orang, ulang tahun yang ke-17 atau biasa disebut SweetSeventeen adalah ulang tahun yang paling membahagiakan dalam seumur hidup. Dan juga, kamu sudah tergolong cukup dewasa,” katanya menjelaskan.

“Oh begitu.”

“Ngomong-ngomong kamu tidak mengucapkan ‘selamat ulang tahun’ kepadaku setelah mendengar hal itu?”

Sebagai seorang penyendiri, aku selalu memikirkan untuk menolak permintaan dari seseorang yang kurasa hal itu adalah hal yang merepotkan. Namun, ada situasi dimana aku tidak bisa menolak sesuatu.

Lihat selengkapnya